Berada
di bawah tekanan imperialisme Barat tidak sepenuhnya memberikan dampak negatif
kepada umat Islam. Banyak pelajaran berharga yang didapatkan oleh umat Islam
dari pengaruh dan tekanan peradaban Barat yang sedemikian maju, dari sinilah
muncul gerakan-gerakan yang berusaha untuk mewujudkan peradaban modern dengan
meninjau kembali ajaran-ajaran Islam dan memunculkan pembaruan-pembaruan dalam
sendi keagamaan. Selain itu, semangat umat Islam untuk mengobarkan kebanggaan
Islam yang pernah jaya mulai bangkit kembali.
Kebangkitan
Islam adalah kristalisasi kesadaran keimanan dalam membangun tatanan seluruh
aspek kehidupan yang sesuai dengan prinsip Islam. Artinya, kewajiban bagi umat
Islam untuk mewujudkannya melalui gerakan-gerakan, baik di bidang politik,
ekonomi, sosial, dan budaya. Upaya untuk memulihkan kembali kejayaan Islam
dikenal dengan Gerakan Pembaruan.
Diantara kelompok pembaharu, mereka meniru pola dan sistem pendidikan yang diterapkan oleh bangsa Barat dalam
mengembangkan sains dan teknologi. Gerakan ini dipelopori oleh Sultan Mahmud II
dari Turki Usmani, Sayyid Ahmad Khan dari India, dan Muhammad Ali Pasya di
Mesir.
Kelompok
modernis lainnya menggagas pembaruan yang berpola terhadap penyebab kemunduran
umat Islam, karena meninggalkan ajaran-ajaran Islam. Kelompok ini mengajak umat
Muslim untuk kembali pada al-Qur’an dan Sunnah, dengan tidak mengabaikan
ijtihad. Ijtihad senantiasa diperlukan sebagai upaya penyesuaian ajaran Islam
dengan perkembangan zaman. Di antara tokoh gerakan ini adalah Jamaluddin al-
Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha.
Gagasan pembaruan
yang berorientasi terhadap nasionalisme mendasar bahwa umat Islam itu terdiri
dari berbagai bangsa, yang hidup di daerah dan lingkungan budaya yang
berbeda-beda, sehingga memerlukan usaha pengembangan yang sesuai dengan kondisi
masing-masing.
Gerakan
modernisasi lainnya adalah gagasan pembaruan yang berorientasi pada
nasionalisme. Hal ini berdasar pada kenyataan bahwa umat Islam terdiri dari
berbagai bangsa dengan kebudayaan yang beraneka ragam. Gerakan nasionalisme ini
eksis diberbagai negara yang menghadapi permasalahan spesifik tentang kekuasaan
Eropa, dan peduli terhadap permasalahan dalam negeri mereka masing-masing, dan
berupaya bebas dari kolonialisme bangsa Eropa
Gagasan
nasionalisme membantu mempermudah umat Islam untuk memperjuangkan
kemerdekaannya. Negara mayoritas muslim yang pertama kali memerdekakan diri
adalah Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada tahun 1946, Syiria,
Jordania, dan Libanon. Pakistan, pada tanggal 15 Agustus 1947. Pada tahun 1951, Libya
berhasil memerdekakan diri. Adapun Mesir baru menganggap dirinya
benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952 (setelah Raja Faruk digulingkan),
meskipun sebenarnya Mesir telah bebas dari Inggris sejak tahun 1922.
Sudan
dan Maroko merdeka pada tahun 1956, Malaysia (termasuk Singapura) merdeka dari
Inggris pada tahun 1957, Irak baru merdeka pada tahun 1958, sedangkan Aljazair
pada tahun 1962, dan Brunei Darussalam baru merdeka pada tahun 1984.
Negara-negara Islam yang dulunya berafiliasi dengan Uni Soviet seperti
Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan, dan Azerbeijan, baru
merasakan kemerdekaan pada tahun 1992.
Sumber: Kementrian Agama
Republik Indonesia. 2019. Buku Siswa : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XI.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar