C. Peristiwa-peristiwa Penting dalam Dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah
Siksaan terhadap kaum muslimin bermula pada tahun ke-4 kenabian. Awalnya siksaan itu terlihat lunak. Namun, seiring berjalannya waktu, kaum kafir Qurays semakin gencar melakukan penyiksaan dan memuncak hingga pada tahun ke-5 kenabian. Selain penyiksaan yang dialami kaum muslimin hingga berujung perintah melaksakan hijrah,
beberapa peristiwa penting juga terjadi selama Rasulullah Saw berdakwah di Makkah.
1. Hijrah ke Habasyah
Melihat berbagai macam siksaan dan derita yang dialami oleh kaum muslimin, sementara beliau tidak bisa melindungi mereka, maka Rasulullah Saw berkata “tidakkah sebaiknya kamu sekalian pergi ke Habasyah? Sesungguhnya disana ada seorang raja yang tidak ada seorangpun teraniaya di sisinya, tinggllah di negeri itu, sehingga Allah Swt memberi kemudahan dan jalan keluar dari apa yang kalian alami saat ini
Pada tahun 615 M atau tahun ke 5 kenabian, berangkatlah kaum muslimin menuju Habsy. Rombongan pertama dipimpin Usman bin Affan berjumlah 15 orang, yang terdiri dari 11 laki-laki dan 4 wanita. Kemudian, disusul rombongan yang kedua dipimpin Ja’far bin Abi Thalib berjumlah hampir 100 orang.
Kedatangan kaum muslimin ke Habsy diterima oleh Raja Najasyi dengan baik. Mereka mendapat perlindungan dan bantuan bahan makanan. Perlakuan Raja Najasyi terhadap umat Islam tersebut membuat kaum kafir Quraisy sakit hati. Mereka mengutus Amru bin Ash dan Abdullah bin Rabi’ah untuk menghadap Raja Najasyi.
Kedua utusan itu berkata kepada Raja Najasyi, ”Wahai Raja! Mereka telah pergi dari negeriku dan datang ke negerimu. Mereka orang-orang yang bodoh. Mereka telah melepaskan agama nenek moyang kami dan telah masuk agama baru yang kami dan kamu tidak mengetahuinya. Maka kami diutus oleh pemimpin-pemimpin kami untuk minta kepadamu agar mereka dikembalikan kepada kami”.
Raja Najasyi tidak mau memenuhi permintaan utusan itu sebelum mendengar keterangan dari kaum muslimin. Lalu, Raja Najasyi bertanya kepada umat Islam, ”Agama apakah yang menyebabkan kamu sekalian keluar dari agama nenek moyangmu dan tidak mau masuk agamaku?”.
Kaum muslimin yang diwakili Ja’far bin Abi Thalib menjawab, ”Wahai Raja! Kami dahulu orang Jahiliyyah, menyembah berhala, memakan bangkai, berbuat jahat, memutuskan hubungan persaudaraan, dan orang-orang kami memperbudak yang lemah. Lalu, datang utusan Allah Swt, yaitu seorang di antara kami (kaum Quraisy). Kami mengenal akhlaknya yang mulia, yaitu jujur, menepati janji, dan pemaaf. Beliau mengajak kami untuk menyembah Allah Swt Yang Esa, menyuruh kami berkata yang benar, bersikap jujur, adil, memenuhi amanah, menyambung persaudaraan, serta berbuat baik kepada tetangga. Beliau melarang kami berbuat jahat, berkata kotor, makan harta anak yatim dengan jalan yang tidak halal, dan menyekutukan Allah Swt. Maka kami menerima ajakannya untuk masuk Islam”.
Kaum muslim mempersiapkan rombongan untuk berhijrah ke Habasyah dengan jumlah yang lebih banyak yaitu 83 orang laki-laki, 11 orang wanit Qurays dan 7 orang wanita asing. Akan tetapi hijrah yang kedua ini lebih berat tantangannya karena berbagai cara dilakukan oleh kaum kafir Qurays untuk menggagalkannya.
Melihat situasi seperti itu, Usman berkata “ Ya Rasulullah, kami telah berhijrah yang pertama kepada Najasy, dan kali ini yang kedua, tapi engkau tidak juga ikut bersama kami”. Rasulullah Saw berkata “ kelian berhijrah kepada Allah Swt dan kepadaku. Kalian mendapatkan kedua hijrah ini semuanya. “ kalau begitu cukup kami saja Ya Rasulullah”, kata Ustman. Kaum Muhajirin itu menetap di Negeri Habasyah dalam keadaan aman dan sentosa. Namun tatkala mereka mendengar tentang hijrahnya Rasulullah Saw ke Yasrib, maka pulanglah mereka ke Makkah untuk ikut serta dalam hijrah Rasulullah Saw ke Yasrib.
2. Amul Huzni
Abu Thalib bin abdul Muthalib adalah orang yang paling gigih membela dakwah Rasulullah Saw. Perlindungan dan bantuan dari Abu Thalib dalam dakwah Rasulullah Saw sangatlah totalitas. Ia adalahbenteng yang melindungi dakwah Rasulullah Saw, meski ia tetap berpegang pada agama nenek moyangnya. Namun begitu, dalam Asad Al-Ghobah diceritakan , tatkala sakit Abu Thalib semakin parah, ia memanggil semua warga Bani Abdul Muthalib, lalu berpesan “ sesungguhny akmu sekalian akan dalam keadan baik selagi kalian mendengan perkatan Muhammad dan mengikuti perintahnya. Karena itu, ikutilah dia dan percayailah dia, niscaya kalian akan selamat”. Seletah Abu Thalib meninggal, Rasulullah Saw berkata, “ semoga Allah Swt merahmatimu dan mengampunimu. Aku akan memintakan ampun untukmu, sampai Allah Swt melarangku”.
Tidak berselang lama dari meninggalnya Abu Thalib, Siti Khadijah istri tercinta Rasulullah Saw pun meninggal dunia. Khadijah wafat pada bulan Ramadhan pada tahun ke 12 kenabian dalam usia 65 tahun.
Dengan meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah, musibah demi musibah dating bertubi-tubi, karena keduanya adalah orang yang sangat gigih membela dan melindungi beliau. Sejak saat itu kaum kafir Qurays semakin gencar melancarkan gangguan kepada Rasulullah Saw. tahun meninggalnya Abu Thalib dan Situ Khadijah disebut dengan Amul huzni atau tahun kesedihan.
3. Isra Mikraj
Peristiwa Isra Mikraj terjadi satu tahun sebelum hijrah, tepatnya pada malam senin 27 rajab setelah Rasulullah pulang dari perjalanannya ke Tha’if. Isra secara bahasa artinya perjalanan malam, adapun menurut istilah yaitu perjalanan Rasulullah Saw pada satu malam dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis di Palestina. Mikraj adalah naiknya Rasulullah Saw dari Masjidil Aqsha menuju ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah Swt.
Isra Mikraj merupakan pertolongan dari Allah Swt sekaligus hiburan dari Allah Swt atas kesedihan Rasulullah Saw karena ditinggal dua orang terkasihnya yaitu Abu Thalib dan Siti Khadijah. Allah Swt menceritakan peristiwa Isra Mikraj ini dalam q.s al-Isra’ [17] ayat 1.
Dalam perjalanan Isra Mikraj ini malaikat mendatangi beliau dengan membawa Buroq, kemudian Jibril menaikkan beliau keatas Buraq dan mengajaknya melakukan
perjalanan dari Masjidil Haram menuju masjidil Aqsha dan dinaikkan ke langit untuk melihat tanda-tandakebesaran Allah Swt. Dalam perjalanan ke Sidratul Muntaha Rasulullah Saw dan Malaikat Jibril singgah di tujuh lapis langit dan dipertemukan dengan para nabi:
a.
Langit
pertama bertemu dengan Nabi
Abam a.s., bapak umat manusia. Rasulullah Saw mengucapkan salam dan Nabi
Adam a.s menjawab salam menyambut kedatangan beliau dan menyatakan pengakuan
atas Nubuwat beliau.
b.
Langit kedua, bertemu dengan Nabi Yahya a.s dan Nabi Zakariya a.s.
c.
Langit ketiga, bertemu dengan Nabi Yusuf
a.s
d.
Langit keempat, bertemu dengan Nabi Indris a.s
e.
Langit kelima, bertemu dengan Nabi Harun
a.s
f.
Langit keenam, bertemu dengan Nabi Musa
a.s
Sebelum Rasulullah Saw menuju langit ketujuh, Nabi Musa a.s menangis dan menimbulkan Tanya dalam diri Rasulullah Saw “apa yang membuatmu menangis”? Nabi Musa a.s menjawab “aku menangis karena ada seorang pemuda yang diutus sesudahku yang masuk surga bersama umatnya dan lebih banyak jumlahnya daripada umatku yang masuk surga”.
g.
Langit
ketujuh, bertemu dengan Nabi
Ibrahim a.s dan dalam setiap pertemuannya dengan para nabi terdahulu mereka
selalu mengakui nubuwwat Rasulullah Saw.
Lalu Rasulullah Saw naik lagi menuju Baitul Ma’mur, yang setiap harinya dimasuki 70.000 malaikat yang tidak keluar lagi darinya. Kemudian diangkat lagi untuk menghadap Allah Swt yang maha perkasa dan mendekat kepadanya. Lalu Allah Swt mewahyukan apa yang dikehendaki dan Allah Swt mewajibkan shalat sebanyak 50 rakaat. Setelah Rasulullah Saw bertemu dengan Nabi Musa a.s tentang perintah shalat 50 rakaat tersebut, Nabi Musa a.s berkata “sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya, sehingga pada akhirnya Allah Swt memerintahkan kepada umat Rasulullah Saw untuk melaksanakan shalat sebanyak 5 waktu. Sebenarnya Nabi Musa a.s meerintahkan kepara Rasulullah Saw untuk kembali memintakeringanan kepada Allah Swt, namun Rasulullah Saw menjawab “Aku sangat malu kepada Rabb- ku, aku sudah Ridha dan menerima perintah ini” beberapa saat kemudian terdengar seruan “ Aku telah menetapkan kewajiban dan telah kuringankan bagi hamba-Ku”.
4. Hijrah ke Yasrib
Setelah peristiwa Isra Mikraj ada satu perkembangan besar bagi kemajuan kaum muslimin yang datang dari penduduk Yasrib. Mereka melaksanakan ibadah haji ke
Makkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Pada musim haji selanjutnya, terdiri dari dari orang-orang Yasrib berjumlah 73 orang, atas nama penduduk Yasrib mereka meminta kepada Rasulullah Saw untuk berkenan pindah ke Yasrib. Mereka berjanji akan membela Rasulullah Saw dari segala macam ancaman, dan kemudian Rasulullah Saw menyetujui baiat Aqabah dua setelah pada tahun kesebelas kenabian menyetujui adanya Baiat Aqabah pertama.
a.
Baiat Aqabah Pertama
Ketika musim haji tiba, Rasulullah Saw menggunakannya untuk menyampaikan dakwah kepada jamaah haji yang datang dari seluruh penjuru Arab. Di antara mereka terdapat orang-orang Yasrib dari suku Aus dan Khazraj. Kedua suku ini sering mendengar berita dari orang-orang Yahudi bahwa Nabi akhir zaman akan segera datang.
Pada musim haji tahun ke 11 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M, 12 orang dari suku Aus dan Khazraj berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Mereka bertemu dengan Rasulullah Saw di Aqabah (Mina) dan menyatakan baiat (sumpah setia). Baiat itu kemudian dikenal dengan sebutan Baiat Aqabah I atau disebut Baiatun Nisa’, karena di antara yang ikut baiat ada seorang wanita, ia bernama Afra binti Abid binti Sa’labah.
Ada 6 pokok persoalan penting yang menjadi sumpah setia dalam Baiat Aqabah I adalah :
a)
Mereka tidak akan menyekutukan Allah Swt dengan sesuatu apapun.
b)
Mereka tidak akan mencuri.
c)
Mereka tidak akan berzina.
d)
Mereka tidak akan membunuh anak-anaknya.
e)
Mereka tidak akan berbuat fitnah, dusta dan curang.
f)
Mereka tidak akan mendurhakai Rasulullah Saw.
Ketika mereka pulang ke Yasrib (Madinah), Rasulullah Saw mengutus Mus’ab bin Umair menyertai mereka. Mus’ab bin Umair mendapat tugas mengajarkan Islam kepada penduduk Yasrib. Dengan demikian, agama Islam semakin bersinar di Yasrib. Penduduk berbondong-bondong masuk agama Islam, sehingga jumlah kaum muslimin semakin bertambah.
b.
Baiat Aqabah kedua
Pada tahun ke 12 kenabian, bertepatan tahun 622 M, serombongan kaum muslimin dari Yasrib berangkat menuju Makkah untuk menunaikan ibadah Haji. Mereka berjumlah 75 orang, terdiri atas 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita. Mereka segera menghadap Rasulullah Saw dan meminta diadakan pertemuan pada hari Tasyrik di Mina. Pada malam yang telah ditentukan, mereka keluar kemahnya secara sembunyi-sembunyi menuju Aqabah (tempat melempar jumrah). Tidak lama kemudian, Rasulullah Saw datang disertai pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib yang waktu itu belum masuk Islam tetapi tidak pernah memusuhi Islam. Adapun isi dari perjanjian Aqabah II adalah :
a)
Penduduk Yasrib siap membela Islam dan
Rasulullah.
b)
Penduduk Yasrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa.
c)
Penduduk Yasrib ikut berusaha memajukan agama Islam
dan menyiarkan kepada sanak keluarga mereka.
b) Penduduk Yasrib siap menerima resiko dan segala tantangan.
Hikmah Pembelajaran
1. Dalam berdakwah dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan
agar mendapatkan hasil yang maksimal
2. Meluruskan dan memurnikan niat menjadi pegangan kita
dalam melakukan dakwah agar keteguhan dan kegigihan hati tidak terkikis oleh
banyaknya rintangan dan cobaan, tanpa keyakinan yang kuat aktifitas dakwah
takkan berjalan dengan baik
3. Selalu berprilaku terpuji dan menjadi suri tauladan
yang baik agar dakwah yang kita lakukan mudah diterima oleh masyarakat
4. Dengan strategi yang matang, dakwah yang kita lakukan
dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar