Rabu, 26 Agustus 2020

KEBUDAYAAN MASYARAKAT MAKKAH SEBELUM ISLAM

 A.      Kebudayaan Masyarakat Makkah Sebelum Islam

 

Para ahli sejarah menyebut masa sebelum kehadiran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw sebagai masa jahiliyah. Secara bahasa masa jahiliyah berasal dari kata jahil, yang diturunkan dari kata dasar Arab jahala yang berarti bodoh.

Zaman jahiliyah ini terdiri atas dua periode yaitu jahiliyah periode pertama dan jahiliyah periode kedua. Jahiliyah periode pertama meliputi masa yang sangat panjang, tetapi tidak banyak yang bisa diketahui hal ihwalnya dan sudah lenyap sebagian masyarakat pendukungnya. Adapun jahiliyah periode kedua berlangsung kira-kira sekitar

150 tahun sebelum Islam lahir. Jahiliyah periode kedua inilah yang kita kenal hingga

sekarang.

Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal dasar-dasar beberapa cabang ilmu pengetahuan, bahkan dalam hal seni sastra mereka telah mencapai tingkat kemajuan pesat. Negeri Arab adalah sebuah semenanjung di ujung barat daya benua Asia. Di sebelah utara berbatasan dengan Syam, Palestina, dan al-Jazirah. Di sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Aden dan Samudra India. Di sebelah timur berbatasan dengan Teluk Oman dan Teluk Persia; dan di sebelah barat berbatasan dengan Selat Bab Al- Mandib, Laut Merah dan Terusan Zues.

Keadaan Arab khususnya daerah Makkah terdiri atas gurun pasir yang panas dan gersang. Hal ini mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat Makkah sehingga tercermin dalam kehidupan sosial budaya mereka. Orang-orang Makkah dikenal sebagai bangsa pengembara yang nomaden. Mereka sering berpindah pindah dengan mengandalkan kendaraan yang berupa unta dan kuda.

Kebiasaan menggembara membuat orang-orang Arab Makkah senang hidup bebas tanpa aturan dan hukum yang dapat mengikat mereka sehingga mereka menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan. Mereka senang hidup mengelompok yang tergabung dalam kabilah atau suku yang sangat banyak jumlahnya.

Kekuatan, keperkasaan, keuletan dan keberanian merupakan modal utama untuk dapat bertahan di alam gurun pasir. Mereka tidak menyukai anak-anak wanita karena wanita dinilai makhluk lemah, tidak mampu berperang, dan tidak kuat melakukan pekerjaan yang berat. Seakan suatu bencana besar dan sebagai aib  jika  tidak  mempunyai anak laki-laki.

Namun, selain memiliki watak, perangai, dan perilaku keras, penduduk arab mempunyai jiwa seni sastra yang tinggi, terutama dalam bentuk syair dan sajak. Kepandaiannya dalam mengubah sajak atau syair merupakan kebanggaan orang Arab. Para penyair kenamaan sangat dikagumi dan dihormati.

Dari segi keyakinan, bangsa Arab pada masa jahiliyah terbagi menjadi beberapa golongan:

Golongan yang mengingkari Sang Pencipta dan hari kebangkitan. Mereka percaya bahwa alam, masa, dan waktulah yang membinasakan segalanya seperti yang termaktub dalam QS al.Jatsiyah [45] :24.

Golongan yang mengakui adanya Tuhan, tetapi walaupun mengakui adanya Tuhan, namun mengingkari adanya hari kebangkitan, seperti yang termaktub dalam QS al-Qaaf [50] :15.

Golongan yang menyembah berhala, biasanya masing-masing kabilah memiliki berhala sendiri-sendiri. Kabilah Kalab di Daumatul Djandal misalnya, mereka mempunyai berhala Wad, kabilah Huzdail mempunyai berhala Suwa’Kabilah Madzhaj dan kabilah-kabilah di Yaman semuanya menyembah Yaghuts dan Ya’uq, Kabilah Tsaqif di Thaif menyembah Latta, Kabilah Qurays di Kinanah menyembah Uzza. Kabilah Aus dan Khazraj menyembah Manat, dan sebagai pemimpin dari semua berhala adalah Hubal yang ditempatkan di samping sisi Ka’baH

Golongan yang lain adalah golongan yang cenderung mengikuti ajaran Yahudi, Nasrani, dan Shabiah, ada pula yang menyembah malaikat atau jin.

Label jahiliyah yang diberikan kepada bangsa Arab pra Islam, bukan berarti tidak ada kebaikan sama sekali dalam kehidupan mereka. Bangsa Arab masih memiliki akhlak- akhak mulia dan budaya positif yang menyejukkan dan menakjubkan akal manusia, Diantara perkembangan kebudayaan masyarakat Arab pra Islam:

1)    Tradisi keilmuan

Bangsa Arab pra Islam telah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, terbukti dengan dikembangkannya ilmu astronomi yang ditemukan oleh orang-orang Babilonia. Ilmu Astronomi ini berkembang di Arab setelah bangsa Babilonia diserang oleh bangsa Persia kemudian mengenalkan ilmu astronomi ini kepada orang-orang Arab pada masa itu. Selain astronomi mereka juga pandai dalam ilmu nasab, ilmu rasi-rasi bintang, tanggal-tanggal kelahiran dan ta’bir mimpi.

2)    Berdagang

Masyarakat Arab yang tinggal di perkotaan atau disebut ahlul-hadar, mereka hidup dengan berdagang. Kehidupan sosial ekonominya sangat ditentukan oleh keahlian mereka dalam berdagang. Mereka melakukan perjalanan dagang dalam dua musim selama setahun, pada musim panas pergi ke Negeri Syam (Syiria) dan pada musim dingin mereka pergi ke negeri Yaman. Pada masa itu sudah berdiri sebuah pasar yang diberi nama pasar Ukaz. Pasar Ukaz dibuka pada bulan-bulan bertepatan dengan waktu pelaksanaan ibadah haji, yaitu; bulan Dzulkaidah, Zulhijjah dan Muharam.

3)    Bertani

Masyarakat Arab yang tinggal di pedalaman yaitu masyarakat Badui, mata pencahariannya adalah dengan bertani dan beternak. Kehidupan mereka nomaden, hidup mereka berpindah-pindah dari satu lembah ke lembah yang lain untuk mencari rumput bagi hewan mereka. Masyarakat yang hidup di daerah yang subur, mereka bercocok tanam dan hidup disekitar oase seperti Thaif.  Mereka  menanam  buah-buahan dan sayur-sayuran.

4)    Bersyair

Pasar Ukaz tidak hanya menyediakan barang dagangan berupa perniagaan dan kebutuhan sehari-hari saja, tetapi juga pagelaran kesenian seperti qashidah-qashidah gubahan sastrawan Arab. Syair menjadi salah satu budaya tingkat tinggi yang berkembang pada masa Arab pra Islam. syair juga dapat menjadikan seseorang atau kabilah tertentu menjadi kabilah terbelakang atau kabilah yang terhormat. Syair menjadi masalah mafakhir (kebanggaan) mereka dalam kehidupan sosialnya.

Selain bersyair, mereka juga terbiasa menuliskan kata-kata hikmah dalam setiap bangunan agung yang mereka dirikan untuk dijadikan peringatan dan diambil hikmahnya bagi generasi selanjutnya. Orang Arab saat itu berloba-lomba dan membanggakan sikap dermawan. Separuh syair-syair mereka diisi dengan pujian dan sanjungan terhadap kedermawanan

5)    Menghormati Tamu

Kehidupan sosial bangsa Arab pra Islam terkenal pemberani dalam membela pendiriannya, mereka tidak mau mengubah pendirian yang sudah mengakar dalam kehidupan mereka.

Salah satunya adalah menghormati dan memulaiakan tamu, menghormati tamu adalah bagian dari menjunjung tinggi sikap dermawan yang mereka miliki, mereka berlomba-lomba untuk memuliakan tamu dengan segala harta benda meraka.

Bangsa Arab pra Islam rela untuk berkorban harta bendanya hanya untuk memuliakan tamu. Pernah ada seorang laki-laki yang kedatangan tamu di rumahnya, sementara dia tidak memiliki apa-apa selain onta yang menjadi tumpuan hidupnya. Ia rela menyembelih untanya hanya demi untuk menjamu tamunya.

6)    Menepati Janji

Bagi orang Arab, janji adalah hutang yang harus mereka bayar. Melanggar janji adalah aib bagi hidup mereka, bahkan dalam sebuah kisah Hani bin Mas’ud bin Mas’ud asy-Syaibani hanya demi sebuah janji mereka rela membinasakan keturunan mereka dan menghancurkan rumah demi memenuhi sebuah janji.



 Sumber: Kementrian Agama Republik Indonesia. 2019. Buku Siswa : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X. Jakarta.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar