Rabu, 26 Agustus 2020

SUBSTANSI DAN STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MAKKAH

B. Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah

Tatkala Muhammad telah sampai pada usia kesempurnaanya yaitu 40 tahun, Allah Swt. menganugerahkan kepadanya kecenderungan berkhalwat atau menyendiri, agar ia menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan jahiliyah untuk bertahannus (beribadah) kepada Allah Swt. Muhammad sering melakukan ‘Uzlah (mengasingkan diri) di Gua Hira dengan beribadah menurut agama Nabi Ibrahim a.s.

Dalam keadaan bertahannus di Gua Hira, muncullah seseorang dan berkata kepada Muhammad “bergembiralah hai Muhammad, aku adalah Jibril, dan engkau adalah utusan Allah Swt untuk umat ini. Kejadian ini terjadi bertepatan pada tanggal 13 Ramadan tahun 13 sebelum Hijriyah atau bulan Juli tahun 610 Masehi. Malaikat Jibril berkata kepada Muhammad “bacalah” lalu Muhammad menjawab “aku tidak bisa membaca” demikian sampai tiga kali hingga malaikat jibril mendekap untuk ketiga kalinya dan akhirnya Muhammad mengucapkan q.s al-‘alaq ayat 1-5

1)   اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّكَ الَّذِىۡ خَلَقَ‌ۚ

2)   خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍ‌ۚ‏

3)   اِقۡرَاۡ وَرَبُّكَ الۡاَكۡرَمُۙ

4)   الَّذِىۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِۙ

5)    عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡؕ

1.          Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

2.          Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3.          Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,

4.          Yang mengajar (manusia) dengan pena.

5.           Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

(Q.S.al-`Alaq 96, ayat: 1-5)

Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, bergegaslah Muhammad pulang menemui Khadijah istrinya dengan keadaan gemetar. Setelah menceritakan perihal malaikat Jibril, Khadijah mengajak Muhammad menemui Waraqah bin Naufal yang merupakan saudara sepupunya. Waraqah bin Naufal merupakan pemeluk Nasrani yang taat dan sangat menguasai bahasa Ibrani juga mengetahui perihal rasul-rasul di antara orang-orang yang telah melihat kitab-kitab zaman dahulu. Muhammad menceritakan semua yang

dialaminya ketika berada di Gua Hira kepada Waraqah bin Naufal.

Demi mendengar penuturan Muhamad Waraqah mengatakah “ini adalah an- Namus (malaikat) yang pernah diturunkan kepada Nabi Musa a.s, Waraqah mengetahui bahwa utusan Allah Swt kepada para nabiNya tiada lain hanyalah Malaikat Jibril. Maka yakinlah Muhammad bahwa dia adalah manusia pilihan yang diutus Allah Swt. untuk menjadi rasul selanjutnya.

Setelah menerima wahyu pertama, Muhammad merasakan gundah gulana karena wahyu selanjutnya belum juga turun. Masa antara turunnya wahyu pertama dengan wahyu kedua sering disebut dengan masa fatrah. Dalam masa fatrah ini sekitar tigapuluh sampai empat puluh hari, ketika Rasulullah Saw sedang berjalan-jalan, tiba-tiba mendengar suara gemuruh dari langit.

Beliau melihat sosok malaikat Jibril sedang duduk diantara langit dan bumi. Rasulullah Saw merasa ketakutan demi mengingat kejadian di Gua Hira. Bergegas beliau pulang ke rumah dengan meminta istrinya untuk menyelimutinya, “selimutilah diriku, selimutilah aku”.Kemudian Allah Swt menurunkan firmanNya QS. Al Mudatsir ayat 1-7.

1)  يٰۤاَيُّهَا الۡمُدَّثِّرُ

2)  قُمۡ فَاَنۡذِرۡ

3)  وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ

4)  وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ

5)  وَالرُّجۡزَ فَاهۡجُرۡ

6)  وَلَا تَمۡنُنۡ تَسۡتَكۡثِرُ

7)  وَ لِرَبِّكَ فَاصۡبِرۡؕ

1.      Wahai orang yang berkemul (berselimut)!

2.      bangunlah, lalu berilah peringatan!

3.      dan agungkanlah Tuhanmu

4.      dan bersihkanlah pakaianmu

5.    dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,

6.       dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.

7.      Dan karena Tuhanmu, bersabarlah. (QS. Al-Muddasir 74: 1-7)


Kemudian Rasulullah Saw bangkit mengerjakan perintah Allah Swt yaitu menyeru kaum yang berhati keras dan tidak beragama untuk menyembah Allah Swt. Tugas ini merupakan perkara yang berat dan besar. Beliau harus berhadapan dengan berbagai tantangan dan masalah, antara lain perombakan sistem kebudayaan, sosial, kepercayaan penduduk Makkah dan meluruskan sistem sosial yang tidak adil.

1.               Dakwah Sembunyi-Sembunyi

Rasulullah Saw memulai dakwahnya secara sembunyi-sembunyi, menyeru manusia untuk beriman kepada Allah Swt, menganut agama Tauhid dan mengenalkan bahwa Tuhan itu satu, yaitu Allah Swt. Dakwah secara sembunyi-sembunyi ini dilakukan untuk menghindari munculnya gejolak yang sangat mungkin terjadi di kalangan masyarakat. Beliau memulai dakwah kepada keluarga dan karib kerabatnya. Beliau mengetahui bahwa orang Quraisy sangat terikat, fanatik, dan kuat mempertahankan kepercayaan jahiliyyah. Dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3-4 tahun.

Empat tahun pertama merupakan masa Rasulullah Saw mempersiapkan diri, menghimpun kekuatan dan mencari pengikut setia. Seiring dengan itu, wahyu yang turun pada masa itu secara umum bersifat mendidik, membimbing, membina, mengarahkan dan memantapkan hatin dalam rangka mewujudkan kesuksesan dakwahnya. Rasulullah Saw dibekali dengan wahyu yang mengandung pengetahuan dasar mengenai sifat Allah Swt dan penjelasan mengenai dasar akhlak Islam. Selain itu, wahyu saat itu sebagai bantahan secara umum tentang pandangan hidup masyarakat jahiliyyah yang berkembang saat itu.

Orang pertama yang menyatakan keislamannya (Assabiqunal Awwalun) adalah :

a.             Khadijah (istrinya)

b.            Ali bin Abi Thalib

c.             Zaid bin Haritsah (anak angkatnya)

d.            Abu Bakar (sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak)

e.             Ummu Aiman (pengasuh beliau sejak masa kecil)

Melalui Abu Bakar, pengikut Rasulullah Saw bertambah, mereka adalah :

a.      Abd Amar bin Auf (kemudian berganti nama menjadi Abdur Rahman bin Auf)

b.     Abu Ubaidah bin Jarrah

c.      Usman bin Affan

d.     Zubair bin Awwam

e.      Sa’ad bin Abi Waqqas

f.      Arqam bin Abi Al Arqam

g.     Fathimah bin Khattab

h.     Talhah bin Ubaidillah dan sebagainya.

2.               Dakwah Terang-terangan

Tiga tahun lamanya Rasulullah Saw berdakwah secara sembunyi-sembunyi di rumah sahabat Arqam bin Abi Al Arqam. Penduduk Makkah banyak yang sudah mengetahui dan mulai membicarakan agama baru yang beliau bawa. Mereka menganggap agama itu sangat bertentangan dengan agama nenek moyang mereka. Pada waktu itu turunlah wahyu yang memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terbuka dengan terang-terangan kepada seluruh masyarakat. Alah Swt

berfirman dalam QS. Al Hijr ayat 94.


فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ

“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr 15: 94)

Dengan turunnya ayat tersebut, Rasulullah Saw. mulai berdakwah secara terang- terangan. Dakwah ini membuat seorang tokoh Bani Giffar yang tinggal di Barat Laut Merah menyatakan diri masuk Islam. Ia adalah Abu Zar Al-Giffari. Atas perintah Rasulullah Saw kemudian Abu Zar Al-Giffari pulang untuk berdakwah di kampungnya. Sejak itulah banyak orang yang masuk Islam berkat Abu Zar Al- Giffari. Melalui cara itu pula, Bani Daus juga masuk Islam.  Orang pertama Bani  Daus yang masuk Islam adalah Tufail bin Amr ad Dausi, seorang penyair terpandang di kabilahnya. Dengan demikian, Islam mulai tersebar di luar Makkah.

Keberhasilan Rasulullah Saw dalam berdakwah mendorong kaum kafir Quraisy melancarkan tindakan kekerasan terhadap beliau dan pengikutnya. Di tengah meningkatnya kekejaman pemimpin kafir Quraisy, Hamzah bin Abdul Muthalib dan

Umar bin Khattab, dua orang kuat Quraisy masuk Islam. Hal ini membuat kaum kafir Quraisy mengalami kesulitan untuk menghentikan dakwah Rasulullah Saw.

Suatu ketika, Rasulullah Saw melakukan dakwah secara terbuka di Bukit Shafa dengan memanggil semua suku yang ada di sekitar Makkah. Untuk mengetahui apa yang akan disampaikan Muhammad, semua suku mengirimkan utusannya. Bahkan Abu Lahab, paman beliau pun hadir bersama istrinya (Ummu Jamil).

Rasulullah Saw berseru, ”Jika saya katakan kepada kamu bahwa di sebelah  bukit ada pasukan berkuda yang akan menyerangmu, apakah kalian percaya?”. Mereka menjawab, ”Kami semua percaya, sebab kamu seorang yang jujur dan kami tidak pernah menemui kamu berdusta”.

Rasulullah Saw kemudian berseru kembali, ”Saya peringatkan kamu akan siksa di hari kiamat. Allah Swt menyuruhku untuk mengajak kamu menyembah kepada Nya, yaitu Tuhanku dan Tuhanmu juga, yang menciptakan alam semesta termasuk yang kamu sembah. Maka tinggalkanlah Latta, Uzza, Manat, Hubal dan berhala- berhala lain sesembahanmu”. Mendengar seruan tersebut Abu Lahab mencaci maki seraya berkata, ”Hari ini kamu (Muhammad) celaka. Apakah hanya untuk ini kamu mengumpulkan kami semua?”.

Selanjutnya Rasulullah Saw termenung sejenak memikirkan reaksi keras dari kaumnya yang menentang dakwahnya. Kemudian, turun wahyu yang menerangkan bahwa yang celaka bukanlah beliau, tetapi Abu Lahab sendiri.

Allah Swt berfirman dalam QS. Al Lahab ayat 1-5.

 

1)   تَبَّتۡ يَدَاۤ اَبِىۡ لَهَبٍ وَّتَبَّؕ


2)   مَاۤ اَغۡنٰى عَنۡهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَؕ


3)    سَيَصۡلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ


4)   وَّامۡرَاَ تُهٗ ؕ حَمَّالَةَ الۡحَطَبِ‌ۚ‏


5)    فِىۡ جِيۡدِهَا حَبۡلٌ مِّنۡ مَّسَدٍ




1.      Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!

2.      Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan.

3.      Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka).

4.      Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).

5.      Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal. (QS. al-Lahab 111: 1-5)

Setelah peristiwa di Bukit Shafa tersebut, para pemimpin Qurays bereaksi dengan melakukan sebagai berikut:

a.             Mendatangi Abu Thalib, paman yang mengasuh Rasulullah Saw. Mereka meminta Abu Thalib untuk mencegah kegiatan dakwah yang dilakukan keponakannya, tetapi tidak berhasil.

b.            Kaum kafir Quraisy mengutus Walid bin Mughirah dengan membawa seorang pemuda untuk ditukarkan dengan Muhammad Saw. Mereka akan bangkit memerangi Rasulullah Saw.

Ancaman keras ini nampaknya berpengaruh pada diri Abu Thalib. Lalu ia memanggil ponakannya untuk berhenti dari dakwahnya. Namun, Rasulullah Saw tetap tegar dan menolak permintaan pamannya dengan berkata, “Demi Allah Swt, biarpun matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan menghentikan dakwah agama Allah Swt ini hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya”.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Rasulullah Saw meninggalkan Abu Thalib seraya menangis. Abu Thalib memanggilnya kembali, seraya berkata,  “Wahai anak saudaraku! Pergilah dan katakanlah apa yang kamu kehendaki (dakwah). Demi Allah Swt, aku tidak akan menyerahkanmu kepada mereka selamanya”.

c.             Mengutus Utbah bin Rabi’ah, seorang ahli retorika untuk membujuk Rasulullah Saw. Mereka menawarkan tahta dan harta, asalkan beliau bersedia menghentikan dakwahnya. Tawaran itu pun ditolak keras oleh Rasulullah Saw.

d.            Melakukan tindakan kekerasan secara fisik terhadap orang yang masuk Islam. Budak yang masuk Islam disiksa dengan kejam seperti Bilal bin Rabah, Amir bin Fuhairah at Tamimi, Ummu Ubais, an Nadhiyah serta anaknya, Al Mu’ammiliyah, dan Zinirah. Zinirah disiksa hingga matanya buta, sedang Ummu Amar bin Yair binti Kubath, budak wanita Bani Makhzum disiksa sampai mati. Bahkan Usman bin Affan pun pernah dikurung dan dipukuli dalam kamar gelap oleh saudaranya.

Tekanan-tekanan ini ternyata tidak membuat Islam dijauhi. Sebaliknya, umat Islam semakin bertambah. Hal ini membuat Abu Jahal menekan kepada semua pemimpin Quraisy untuk melakukan pemboikotan kepada Bani Hasyim dan Bani Muthalib.

Isi surat pemboikotan itu adalah sebagai berikut :

a.             Muhammad dan kaum keluarga serta pengikutnya tidak diperbolehkan menikah dengan bangsa Arab Quraisy lainnya, baik laki-laki maupun perempuan.

b.            Muhammad dan kaum keluarga serta pengikutnya tidak boleh mengadakan hubungan jual beli dengan kaum Quraisy lainnya.Muhammad dan kaum keluarga serta pengikutnya tidak boleh bergaul dengan kaum Quraisy lainnya

c.         Kaum Quraisy tidak dibenarkan membantu dan menolong Muhammad, keluarga ataupun pengikutnya.


 Sumber: Kementrian Agama Republik Indonesia. 2019. Buku Siswa : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas X. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar