A.
Kemajuan
Peradaban Islam Masa Daulah Usmani
Kebangkitan Daulah Usmani diprakarsai oleh Muhammad I,
kemenangan Timur Lenk atas Daulah Usmani meninggalkan luka yang sangat
mendalam, ditambah perselisihan antar saudara di dalam keluarga Usmani. Berkat
kecerdikan yang dikaruniakan oleh Allah Swt kepadanya, Muhammad I berhasil
meredam perselisihan putra-putra Bayazid. Bisa dikatakan bahwa Muhammad I
adalah pendiri Daulah Usmani periode kedua setelah membawa bangsanya berjuang
kembali meraih kejayaannya.
Dengan tekad yang kuat, Muhammad I mempersatukan seluruh
keluarga dan saudara-saudaranya, akhirnya Daulah Usmani bangkit dan berjaya.
Melampauai kejayaan yang diperoleh pendiri Daulah Usmani pada masa sebelumnya.
Daulah Usmani sebagai daulah Islamiyah diakui kembali sebagai penguasa dunia
dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan.
Diantara para
penguasa Daulah Ustmani generasi kedua
yang membawa ke puncak
kejayaan adalah :
1. Muhammad I (817-824 H/1403-1421 M).
Muhammad I adalah putera bungsu dari Bayazid, setelah berkuasa menggantikan ayahnya ia mulai menyusun kekuatan kembali dan memulihkan keadaan Turki Usmani dari upaya memecah-belah yang dilakukan oleh Timur Lenk. Strategi Muhammad I adalah menjalin hubungan diplomatik dengan para penguasa Byzantium dan Venesia, dengan maksud agar kedua negeri ini tidak mengganggu kerja utamanya yaitu mendamaikan kekhalifahan Usmani. Berkat usahanya yang gigih, Muhammad I berhasil mengangkat citra Daulah Usmaniyah sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuattentara dan memperbaiki kesejahteraan kehidupan masyarakat.
Sultan Muhammad I adalah sosok yang sangat cinta
kedamaian dan ilmu pengetahuan. Mencintai Fuqafa,
termasuk alasan memindahkan ibu kota dari Adrianopel ke Busra. Karena Busra
sering juga disebut sebagai kota para Fuqaha.
Sultan Muhammad I hadir pada waktu yang tepat, di saat rakyat mendapat seorang
penguasa yang sesuai dengan harapan, namun Allah Swt berkehendak lain. Pada tahun
824 H/1421 M Sultan Muhammad I meninggal dunia di Kota Urnah dalam usia 43
tahun.
2. Murad II (824-855 H/1421-1451 M).
Murad II menggantikan ayahandanya Muhammad I pada usia
yang masih 18 tahun. Dia dikenal sebagai penyair dan orang yang mencintai
ulama. Cita-cita Sultan Murad II adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad
I. Prioritas utama perjuangannya adalah merangkul kembali daerah-daerah yang
terlepas dari Daulah Usmani sebelumnya, yaitu daerah Asia Kecil, Soloniki, Albania,
Falakh, dan Hongaria.
Sultan Murad II membuat istana penguasa bernuansa
akademis, hal tersebut dilakukan agar kegiatan keilmuan tetap berkembang pada
zamannya. Dia mengirimkan sejumlah uang untuk kesejahteraan penduduk Makkah,
Madinah dan Baitul Maqdis sebanyak 3.500 dinar setiap tahunnya.
Sultan Murad II menghembuskan nafas terakhir pada
tanggal 16 Muharram 855 H. Bertepatan dengan tanggal 18 Februari 1451 M di
Andrianopel menjelang usia 47, dan sesuai wasiatnya kemudian dimakamkan pada
hari Jum`at di samping masjid Jami’ Muradiyah di Bursa.
3. Muhammad II Al-Fatih (855-884
H/1451-1481 M).
Al-Fatih adalah gelar kebanggaan beliau karena
berhasil menaklukan Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih atau Abu Al-Khairat
diangkat menjadi pemimpin Daulah Usmaniyah ketika itu baru berumur 22 tahun.
Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai
dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibu kota Byzantium.
Sejak belia, Muhammad A-Fatih sudah dididik oleh
ulama-ulama rabbani. Diantara gurunya adalah Muhammad bin Hamzah al-Dimasyqi
al-Rumi, beliau lebih populer dengan sebutan Syekh Syamsuddin (792-863 H/1389 M-1459 M) diantara gurunya lagi
adalah Syaikh Ahmad bin Ismail al-Kurani.
Berdasarkan
hadis Nabi Muhammad Saw; “Pada suatu saat
kota Konstantinopel pasti akan ditaklukan oleh umat Islam dan sebaik-baiknya
pemimpin adalah yang menaklukannya dan sebaik baik pasukan adalah pasukannya”.
Konstantinopel merupakan kota yang sangat penting dan belum bisa dikuasai
penguasa Islam sebelumnya.
Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting di
dunia. Kota ini dibangun pada kisaran tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium yaitu
Constantine 1. Memiliki letak yang sangat strategis, sehingga dikatakan “andaikata dunia ini sebagai kerajaan, maka
Konstantinopel akan cocok untuk menjadi ibu kota kerajaan itu”.
Muhammad II Al-Fatih berhasil menguasai Konstantinopel
dengan perencanaan dan persiapan yang matang dan juga strategi yang baik. Kota Konstantinopel jatuh ke pangkuan umat Islam pada 20 Jumadil Ula
857 H atau 29 Mei 1453 M.
Setelah memasuki Konstantinopel di sana terdapat sebuah gereja Hagia Sofia (Aya Sofia) Al-Fatih
memasuki gereja tersebut yang digunakan sebagai tempat perlindungan terakhir
para pendeta, Rahib dan masyarakat. Al-Fatih dengan kebaikan akhlaknya
memberikan sikap bijaksananya dan perlindungan kepada seluruh penduduk Konstantinopel.
Setelah salib-salib, berhala dan gambar-gambar
diturunkan, Aya Sofia dibersihkan dan kemudian dijadikan
masjid bagi umat Islam. Akhirnya kota Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota
kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Islambul atau kota Islam yang kemudian dikenal dengan nama
Istambul.
4. Bayazid II (884-918 H/1481-1512 M)
Menggantikan kedudukan ayahnya, Bayazid II penguasa
yang tidak terlalu kuat. Pada masanya terjadi perselisihan dengan saudaranya
yaitu Jem yang diikuti juga oleh pengikut Jem. Ketidak harmonisan ini sedikit banyak
berpengaruh terhadap kondisi masyarakat yang sebelumnya sangat dinamis.
Bayazid II sangat perhatian terhadap pembangunan dan
sarana umum, Takaya, Zawiyah (tempat berkhalwat para sufi). Kesejahteraan para
guru/pengajar juga sangat diperhatikan. Sultan dikenal sebagai seorang pemimpin
yang mencintai penduduk dua kota suci Makkah dan Madinah.
Pada tanggal 18 Shafar 918 H atau 25 April 1512 M
Sultan Bayazid II menyerahkan estafet kepemimpinannya kepada Sultan Salim I.
Sultan Bayazid II meninggal dalam perjalanan ke Daimutika, jenazahnya kemudian
dibawa ke Istambul dan dikuburkan di dekat Masjid Jami` yang dibangunnya.
5. Salim I (1512-1520 M/918-926 H).
Selama menjabat sebagai pemimpin tertinggi, Salim I
membuat wajah baru dalam pemerintahan Daulah Usmani. Di masa pemerintahannya
banyak kebijakan yang dilakukan dalam bidang kemiliteran. Salim 1 merupakan
salah satu penguasa Usmani yang paling berhasil dan dihormati, giat, dan
pekerja keras. Meski masa kekuasaannya terbilang singkat, para sejarawan
sepakat bahwa Salim 1 telah mempersiapkan Daulah Usmani untuk mencapai titik
puncaknya pada masa putra dan penerusnya, Sulaiman Al-Qanuni.
Salim
1 juga seorang pujangga yang menulis puisi dalam bahasa Turki dan Persia
menggunakan nama Mahlas Selimi, yang kumpulan puisi Persianya masih utuh hingga
hari ini Dalam salah satu puisinya, dia menulis, "Sebuah permadani cukup besar untuk diduduki oleh dua orang sufi, tetapi
dunia tidak cukup besar untuk dua orang raja.”
6. Sulaiman Al-Qanuni (927-974 H/1520-1566 M)
Sulaiman lahir pada tanggal 6 November 1469 M di
Trabzon. Sulaiman I atau Sulaiman Al-Qanuni naik tahta pada saat Turki Usmani
mengalami puncak kejayaan, peristiwa penting di masa kepemimpinannya, ialah
upaya penyempurnaan undang- undang Turki Usmani. Ia tidak hanya merupakan
pemimpin militer yang besar, manusia dari pedang, seperti ayah dan kakeknya,
merupakan manusia dari pena. Sulaiman Al-Qanuni merupakan legislator ulung,
berdiri di depan mata rakyatnya sebagai penguasa berjiwa besar dan eksponen
keadilan yang murah hati.
Sulaiman I diberi gelar Al-Qanuni atau the Magnificent “pembuat undang- undang”, karena jasanya meletakkan dasar-dasar
hukum bagi Daulah Usmani dan tentunya yang paling lama memerintah. Kitab
undang-undang itu diberi nama Multaqa’ al
Abhrar/Multaqul Abhur (muara segala samudera). Ketika hukum Qanun mencapai
bentuk akhirnya, undang-undang tersebut dikenal sebagai Qanun Osmani.
Undang-undang tersebut diterapkan selama lebih dari tiga ratus tahun.
Sulaiman Al-Qanuni melakukan pembangunan yang
fenomenal. Pembangunan Masjid Sulaiman, 81 masjid jami’, 52 masjid kecil, 55
madrasah, 7 asrama pelajar, 5 buah takiyah (tempat memberi makan fakir miskin),
7 jembatan, 33 istana, 18 pesanggrahan, 5 museum dan 33 pemandian umum.
Dalam Sebuah dokumen yang dibuat tahun 1526 terdaftar
40 kelompok seniman dengan lebih dari 600 anggota. Seniman yang bekerja di
istana meliputi pelukis, penjilid buku, penjahit pakaian dari bulu, pengrajin
perhiasan, dan penempa emas. Istanbul menjelma menjadi pusat kesenian visual,
musik, penulisan serta filasafat. Inilah periode yang paling kreatif dalam
sejarah Daulah Usmani.
Daulah Usmaniyah pada saat itu telah menjadi menjadi
kekuatan yang disegani di dunia.
Penaklukan yang dilakukan Sulaiman A-Qanuni menyebabkan
kesultanan menguasai kota-kota besar Islam seperti Mekah, Madinah, Yerusalem, Damaskus, dan Baghdad.
Sebagian besar di Balkan serta sebagian besar Afrika Utara. Bagaimanapun juga,
pemerintahan pada masa Sulaiman Al-Qanuni merupakan representasi puncak
kejayaan politik Daulah Usmani dan puncak keemasan pemerintahan Usmani yang
menjangkau sampai tiga benua. Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat pada tanggal 5
September 1566 M. Hari itu adalah hari yang penuh duka cita, umat Islam
merasakan kesedihan dan kehilangan yang sangat
mendalam.
B.
Kemunduran
Peradaban Islam Masa Daulah Usmani
Mundurnya Daulah Usmani ditandai dengan kebangkitan
bangsa Barat atau Eropa, hal ini disebabkan karena lemahnya penguasa Daulah
Usmani dan lemahnya sistem pemerintahan. Pasukan Inkisyariyah juga berpengaruh
terhadap kekacauan- kekacauan yang timbul pada saat itu. Era kemunduran Daulah
Usmani dimulai pada periode Salim I, Murad III, Muhammad III, Ahmad I, Mustafa
I, Usman II, Murad IV, Ibrahim I,
Muhammad IV, Sulaiman II, Ahmad II hingga masa terakhir kekuasaan Abdul Hamid II.
Daulah Usmani berakhir pada tahun 1909 M dan benar-benar dihapuskan pada tahun 1924 dan berganti menjadi Republik Turki. Runtuhnya Daulah Usmani setidaknya disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Kondisi pemerintahan yang lemah dan kemerosotan akhlak para pemimpin Daulah Usmani. Kemunduran Daulah Usmani dimulai ketika para pemimpin dijangkiti penyakit yang menyerang bangsa-bangsa sebelumnya. Cinta dunia, pola hidup mewah dan berfoya-foya, sikap iri hati, saling membenci (hasud), dan banyak perilaku dhalim dari penguasa. Banyak masyarakat yang terlena dengan gemerlap dunia namun banyak juga yang merana dan terbelenggu dalam jurang kemiskinan. Sehingga lambat laun, banyak yang meninggalkan nilai-nila agama dan sosial.
2.
Melemahnya
kekuatan Militer dan serangan dari bangsa Eropa. Sebelum terjadinya perang duni
I yang mengakhiri Daulah Usmani. Banyak terjadi upaya penyerangan dari Raja-raja Eropa, hal ini sudah dimulai
sejak akhir abad XVI.
3. Gerakan Oposisi Sekuler. Selain serangan dan konspirasi dari pihak luar, Daulah Usmani juga mendapat perlawanan dari oranisasi sekuler dan nasionalis. Dalam perjuangannya, mereka banyak dibantu oleh pihak Barat untuk mewujudkan cita- citanya. Puncaknya terjadi pada tahun 1909 M, dengan dalih gerakan mogok massal, organisasi persatuan dan kesatuan berhasil memasuki Istambul, menyingkirkan Abdul Hamid II dan melucutinya dari pemerintahan dan keagamaan, tetelah itu hanya tinggal simbol-simbol Daulah Usmani.
C.
Ibrah
1.
Berdirinya
Daulah Usmani merupakan kelanjutan dari Daulah Abbasiyah. Daulah Usmani mampu
melanjutkan estafet kepemimpinan berikutnya sebagai Daulah yang berjaya di Asia dan Eropa. Pada masa itu, Puncak
kejayaan Islam berhasil mencapat puncak tertinggi dengan menggabungkan
kekuasaan tiga benua, yaitu benua Asia, Afrika dan Eropa.
2.
Daulah
Usmani telah menunjukkan diri sebagai salah satu pilar penyangga kekuatan
Islam. Penaklukan Konstantinopel yang menjadi simbol kekuatan Eropa berhasil
diambil alih oleh Sultan Muhammad Al Fatih
sehingga kemudian menjadi simbol kebesaran dan kekuatan Daulah Usmani.
3. Kemajuan dalam bidang Arsitektur, Kesenian dan Kebudayaan ada masa Daulah Usmani terbilang sangat maju. Bukti peninggalan tersebut masih terjaga dan terawat dengan baik. Sehingga negara Turki memiliki magnet yang luar biasa untuk menarik wisatawan, karena terdapat banyak sekali destinasi wisata sejarah yang menunjukkan kebesaran peradaban pada zaman dahulu.
4.
Sejarah Islam mencatat kiprah dan perjuangan
Sulaiman Al-Qanuni dengan tinta emas sebagai Pemimpin Muslim tersukses. Di abad
ke-16 M, penguasa Kekhalifahan Usmani itu menjadi pemimpin yang sangat penting
di dunia baik di dunia Islam maupun
Eropa. Di era kepemimpinannya, Kerajaan Ottoman menjelma sebagai negara adikuasa yang disegani dalam bidang
politik, ekonomi, dan militer.
5.
Daulah
Usmani mulai melemah karena ketidak mampuan para penguasa dalam menjalankan
roda pemerintahan. Gaya hidup yang
mewah, berfoya-foya dan berlebih- lebihan di kalangan pembesar istana, sehingga
banyak terjadi penyimpangan dan penyelewengan dalam keuangan negara.
Sumber: Kementrian Agama Republik Indonesia. 2019. Buku Siswa : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XI. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar