Jumat, 21 Agustus 2020

SEJARAH LAHIR, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAULAH USMANI

 

A.      Sejarah Lahirnya Daulah Usmani

Daulah Usmani berasal dari salah satu suku di Turki Barat yaitu suku Kayi, pada waktu Jengis Khan melakukan agresi di wilayah Turkistan yang didiami suku Kayi. Merasa terancam sebagai pemimpin suku Kayi, akhirnya Sulaiman Syah meminta perlindungan dari penguasa Transoksania bernama Jalaluddin Mungurbiti bin Khawarizmi, namun pada akhirnya Transoksania berhasil dikuasai oleh tentara Mongol.

Sulaiman Syah memimpin anggotanya untuk pergi ke Kurdistan dan ke Azerbaizan. Namun dalam usahanya memasuki wilayah Syam terhalang oleh bentangan sungai yang luas, pada saat menyeberangi sungai Eufrat datang banjir hingga terbawa arus dan akhirnya meninggal dunia. Sulaiman Syah meninggalkan empat orang putera Sankurtakin, Togdai, Ertoghrul dan Dandan.

Pasca meninggalnya Sulaiman Syah kelompok besar keluarganya terbagi menjadi dua. Satu kelompok menginginkan kembali ke daerah asal dan satu kelompok lainnya melanjutkan expedisi ke wilayah Asia kecil bersama Ertoghrul dan Dandan. Dalam perjalanan Ertoghrul putera ketiga dari Sulaiman Syah diangkat sebagai pemimpin baru hingga akhirnya mereka menetap di Anatolia

Ketika terjadi pertempuran antara pasukan  Sultan Alaudin I dari Bani Seljuk Rum dengan kekaisaran Byzantium (Romawi Timur) maka Ertoghrul dan para pengikutnya membantu pasukan Alaudin I hingga mencapai kemenangan, atas bantuannya ini Alaudin I sangat berterima kasih dan memberi hadiah pada Ertoghrul dan kelompoknya berupa daerah di pegunungan Ermenia dan lembah Saguta di sepanjang sungai Sakaria.

Ertoghrul dan pasukannya mendapat tugas dari Alaudin I untuk menaklukan dan menguasai daerah pesisir Laut Hitam, ke Brussa hingga Eskisher. Oleh Alaudin I Pasukan Ertoghrul diberi gelar “Muqaddamah Sultan” (tentara pelopor sultan), sedangkan Ertoghrul sendiri menyematkan gelar untuk dirinya “Sultan Oki” (kening sultan).

Pada tahun 1288 M Ertoghrul meninggal dunia, oleh Alaudin I diangkatlah puteranya yang bernama Usman sebagai penggantinya. Karena kesetiaannya Alaudin I memberinya gelar Bey pada Usman dan diberikan daerah yang lebih luas serta dapat memakai mata uang sendiri, bahkan namanya juga disebut dalam setiap khutbah Jum`at.

Pada tahun 1299 M Ghazan Khan dari Mongol menyerang Seljuk Rum tetapi serangan itu bisa digagalkan oleh Usman, tak berapa lama dari peristiwa itu Sultan Alaudin I meninggal dunia, sementara Sultan Alaudin I tidak memiliki putera yang pantas mengantikan kedudukannya. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Usman untuk menyatakan diri sebagai Padishah Al Usmaniyah (Raja keluarga Usman) yang juga mendapat dukungan penuh dari rakyat. Dengan demikian berdirilah kerajaan Usmani dan ibu kota kerajaan Usmani pertama di Qurah Hisyar (Iskisyiyar).

Dalam perjalanan panjang yang berliku, Daulah Usmani menjadi Kerajaan Islam yang sangat dinamis dari mulai berdiri sampai akhir keruntuhannya. Jasa besar Daulah Usmani bagi perkembangan Islam di Dunia Timur masih bisa dirasakan sampai sekarang. Sebagian ulama awal di Indonesia merupakan tokoh ulama yang berasal dari Daulah Usmani. Yang diutus langsung oleh para Sultan untuk menyebarkan Islam di Indonesia

B.       Strategi Dan Kebijakan Pemerintahan Daulah Usmani

Kebangkitan Daulah Usmani tidak lepas dari melemahnya kekuasaan Daulah Abbasiyah pada ujung yang paling kritis. Lahirnya pemimpin-pemimpin hebat menjadikan Daulah Usmani sebagai penguasa dunia yang kembali mengangkat kejayaan Islam dan peradabannya.

1.  Usman (699-726 H/1299-1326 M)

Disebut dengan Usman I, dia adalah pendiri Daulah Usmani yang mencanangkan kerajaan dibangun atas sendi-sendi persatuan suku Turki. Usman adalah seorang yang sangat pemberani, mukhlis, adil dan bijaksana. Dengan sifat-sifat teruji yang dimiliki, tentunya menjadi kebanggan bagi masyarakat dan pengikutnya. Usman membangun tentara yang bejuang tanpa pamrih, semua atas dasar karena Allah Swt. Para pejuang tersebut sering disebut dengan al-Ghazi yang terdiri dari ikhwan (pesaudaraan) Tarekat Baktasyi.

Khalifah Usman meninggal dengan meninggalkan kurang lebih 16.000 km persegi. Sebagai daulah yang baru berdiri pada masa kekuasaannya berhasil membebaskan kota Bursa di tepi laut Marmara.

2. Orkhan (726-761 H/1326-1360 M).

Menggantikan kedudukan ayahandanya Orkhan memindahkan kerajaan dari Qurah Hisyar (Iskisyiyar) ke Bursa. Pada masa kekuasaan Orkhan bergabunglah wilayah Turkeman, kemudian perluasan wilayah dilanjutkan ke Nicaea (1331), Nicomedia (1337), Scutari (1338), ia juga bisa mengontrol wilayah teluk Edremit.


Orkhan berhasil mendirikan jabatan Shadr Azham (perdana menteri). Jabatan tersebut diberikan pada adiknya yaitu Alauddin. Tentara di era Orkhan dibentuk dengan sistem yang sangat rapi dan teratur. Ia juga membentuk tentara khusus dengan nama Inkisyariyah atau Jenissari (Yani Tasyri). Bendera pada saat itu berwarna merah dengan bulan sabit di tengahnya. Di bawah bulan sabit terdapat gambar pedang yang mereka sebut Dzulfiqar, yaitu nama pedang yang pernah dimiliki oleh Ali bin Abu Thalib Ra.

Sampai dengan akhir usianya Orkhan berusaha untuk membentuk pemerintahan yang kuat. Untuk itu dia banyak membangun, menertibkan administrasi, menguatkan militer, membangun masjid dan akademi-akademi ilmu pengetahuan.

3. Murad I (761-791 H/1360-1388 M).

Setelah sultan Orkhan wafat, kedudukannya digantikan oleh Murad I yang merupakan putera kedua dari Orkhan. Mengantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa karena putera pertama Orkhan yaitu Sulaiman yang meninggal terlebih dahulu. Sultan Murad I adalah sosok yang sangat pemberani, gemar berjihad, dermawan, dan tekun menjalankan agama, dia mencintai peraturan dan selalu memegang teguh peraturan itu, berbuat adil kepada rakyat dan tentaranya. Murad I selalu dikelilingi oleh sejumlah komandan terbaik dan orang yang berpengalaman dalam bidang militer yang selalu ia ajak untuk bermusyawarah.

Murad I berhasil meluaskan wilayahnya di Asia kecil dan Eropa dalam waktu bersamaan. Ia menaklukkan Adrianopel (Edirne), dan kemudian dijadikan sebagai ibu kota kerajaan yang baru, serta membentuk pasukan berkuda (Kavaleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibu kota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.

Banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I dan hampir tidak terbendung, membuat bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta restu dari Paus Urbanus V untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa.

Murad I mulai menghadapi serangan Eropa pertama kali dari Raja Qurok V dari Serbia dan dibantu raja Bosnia bermaksud menyerang Andrianopel. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki. Selanjutnya menguasai Bulgaria, Serbia, Sisman dan Lozan.

Sultan Murad I meninggal dengan syahid dalam usia 65 tahun pada 15 Syaban 791 H. Sultan Murad I mewarisi kekuasaan yang luas, lima kali lipat


kekuasaan ayahnya. Banyak hal yang bisa dipetik hikmahnya dari kepemimpinan Sultan Murad I, diantaranya;

a.                       Menyebarnya Islam yang semakin meluas di Wilayah Balkan, banyak pemimpin mereka yang masuk Islam,

b.                      Kedaulatan Daulah Usmani semakin dihormati dan dihargai oleh bangsa Eropa.

c.                       Pengaruh Daulah Usmani semakin meluas, sehingga syiar Islam semakin berkembang.

4. Bayazid I (791-805 H/1389-1402 M).

Setelah Sultan Murad I wafat, kepemimpinan Daulah Usmani dilanjutkan oleh putranya yaitu Sultan Bayazid I. Dia adalah orang yang sangat pemberani, cerdas, murah hati, dan memiliki semangat yang kuat untuk melakukan perluasan wilayah Islam. Oleh karena itu, dia sangat memperhatikan masalah-masalah kemiliteran, mengarahkan perluasan wilayahnya ke negara-negara Kristen Anatolia.

Hanya dalam jangka waktu setahun, negeri-negeri itu berada dalam kekuasaan Daulah Usmaniyah. Bayazid bergerak begitu cepat di antara dua Balkan dan Anatolia. Oleh karena itu dia diberi gelar “Yaldrum” atau kilat. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonafacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang menjadi penyebab terjadinya Perang Salib.

Konstatinopel hampir saja bisa dikuasai, namun Bayazid mengurungkan niatnya dari penaklukan Konstatinopel karena munculnya bahaya baru terhadap Daulah Usmaniyah. Bahaya baru itu adalah adanya serangan tentara Mongol dibawah pimpinan Timur Lenk.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan perselisihan antara Timur Lenk dan Bayazid, antara lain sebagai berikut :

a.   Para pemimpin di wilayah Iraq (Baghdad) yang wilayahnya ditaklukkan oleh Timur Lenk banyak yang meminta perlindungan kepada Bayazid.

b.   Kerajaan-kerajaan Kristen memprovokasi Timur Lenk untuk menyerang dan mengalahkan Bayazid.

c.   Adanya kesalahfahaman diantara kedua belah pihak sehingga saling menghina dengan saling membakar surat.

d.   Diantara keduanya, sama-sama saling berusaha untuk meluaskan wilayah kekuasaannya

Kekalahan dari Timur Lenk meninggalkan duka yang mendalam, namun itu menjadi hikmah agar penerusnya melakukan introspeksi diri, sehingga buahnya dapat dipetik di kemudian hari, saat penaklukan Konstantinopel.



Sumber: Kementrian Agama Republik Indonesia. 2019. Buku Siswa : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XI. Jakarta.

2 komentar:

  1. Buat Presentasi tapi kepanjangan buat di tulis nya,dan paling ta bisa nge rangkum materi😂

    BalasHapus