Senin, 10 April 2017

Pengembangan Kurikulum: MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM



MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu: Drs. H. Akhirin, M.Ag. dan Drs. Abdurrozaq Assowy







Disusun Oleh:
Kelompok 6 (Enam)
1.      Choirin Widadiyah             
2.      Rohmatin Maghfiroh          
3.      Amin Rikayanti

 

UNIVERSITAS ISLAM NAHDHLATUL ULAMA’  ( UNISNU ) JEPARA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Taman Siswa (pekeng) No. 09 Tahunan Jepara. Telp/Fax (0291)593132




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah membeikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Model-model Pengembangan Kurikulum dengan baik.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum. Selain itu kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang model-model pengembangan kurikulum.
Kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di masa mendatang.

                                                                 Jepara, 07 April 2017



                                                                  Penulis














DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR...........................................................................................          i
DAFTAR ISI.........................................................................................................         ii
BAB I      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ..........................................................................................         1
B.     Rumusan Masalah .....................................................................................         2
C.     Tujuan Makalah..........................................................................................         2

BAB II       PEMBAHASAN
A.    Pengertian...................................................................................................         3
B.     Model-model pengembangan kurikulum ...................................................         4
C.     Model-model pengembangan kurikulum di Indonesia...............................         8

BAB III     PENUTUP
A.    Simpulan....................................................................................................       11
B.     Saran..........................................................................................................       11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................       12











BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam menunjang aktivitas belajar mengajar. Kurikulum merupakan alat  untuk mencapai tujuan pendidikan, karena kurikulum adalah salah satu komponen yang menentukan dalam suatu sistem pendidikan.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dan strategis dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain bahwa kurikulum sebagai instrumental input untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu pengembangan manusia yang sesuai dengan falsafah hidup bangsa.
Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, kurikulum harus mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tidak hanya sebagai mata pelajaran yang harus dibelajarkan kepada peserta didik, melainkan sebagai aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk dialami dan diwujudkan dalam perilaku peserta didik.
Kegiatan pengembangan kurikulum di tingkat satuan pendidikan memerlukan suatu model yang dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dalam pengembangan kurikulum, banyak model-model yang digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan.
Dari beberapa penjelasan diatas, pengembangan kurikulum sangat penting sekali bagi dunia pendidikan, agar tujuan pendidikan dapat terwujud dengan baik.  Ada beberapa model yang diungkapkan oleh para ahli dalam pengembangan kurikulum yang akan dibahas dalam makalah penulis yang berjudul “model-model pengembangan kurikulum”.

B.     Rumusan masalah
Untuk membatasi masalah agar lebih terpusat pada pokok persoalan sesuai dengan judul diatas, maka dalam makalah ini pemakalah menguraikan beberapa permasalahan yaitu:
1.      Apa pengertian model pengembangan kurikulum?
2.      Apa model-model pengembangan kurikulum?
3.      Bagaimana model-model pengembangan kurikulum yang ada di Indonesia?

C.       Tujuan Makalah
Berdasarkan pada permasalahan yang diajukan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian model pengembangan kurikulum
2.      Untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum
3.      Untuk mengetahui model-model pengembangan kurikulum yang ada di Indonesia












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Model adalah konstruksi yang bersifat teoritis dari konsep. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum, model merupakan ulasan teoritis tentang proses pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula hanya merupakan ulasan tentang salah satu komponen kurikulum. Ada suatu model yang memberikan ulasan tentang keseluruhan proses kurikulum. Akan tetapi, adapula yang hanya menekankan pada mekanisme pengembangannya dan itu pun hanya pada uraian pengembangang organisasinya.
Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendasain (designing), menerpakan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.[1]
Dalam pengembanga kurikulum, hendaknya sebisa mungkin didasarkan pada faktor-faktor yang konstan sehingga ulasan mengenai hal yang dibahas dapat dilakukan secara konsisten. Faktor-faktor konstan yang dimaksud adalah dalam pengembangan kurikulum perlu didasarkan pada tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan evaluasi yang menggambarkan dalam pengembangan tersebut Faktor-faktor konstan tersebut, yang terdiri dari beberapa komponen tersebut, harus saling bertalian erat. Misalnya evaluasi harus sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, begitujuga dengan bahan ajar dan proses belajar mengajar.[2]
Sehingga, agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum. Dengan memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan.

B.     Model-model
1.      Robert S. Zais dalam bukunya Curriculum: Principles and Foundations mengemukakan berbagai model pengembangan kurikulum, yang secara garis besar diutarakan sebagai berikut:
a.       Model Administratif
Pengembangan kurikulum model administratif juga disebut dengan model dari atas ke bawah yang menekankan kegiatannya pada orang-orang yang terlibat sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.[3] Pengembanagan kurikulum dengan model ini dikembangkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat yang berwenang
2)      Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan falsafah yang diikuti
3)      Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri dari spesialis kurikulum dan staf pengajar
4)      Hasil kerja dari butir 3 direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil dari try out
5)      Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan telah direvisi seperlunya, baru kurikulum tersebut diimplementasikan.[4]
Berhubung pengarahan kegiatan berasal dari atas kebawah, pada dasarnya model ini mudah dilaksanakan pada negara yang menganut sistem sentralistik dan negara kemampuan  profesional tenaga pengajarnya masih rendah. Kelemahan model ini terletak pada kurang pekanya terhadap adanya perubahan masyarakat. Selain itu, kurikulum ini biasanya bersifat seragam secara nasional sehingga kadang-kadang melupakan adanya kebutuhan dan kekhususan yang ada pada setiap daerah.[5]
b.      Model dari bawah (Grassroots)
Model ini biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Mereka memiliki kebutuhan dan keinginan untuk memperbaharui atau menyempurnakannya. Berikut langkah-langkah model pengembangan ini:
1)      Inisiatif pengembangan datangnya dari bawah (para pengajar)
2)      Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah narasumber lain dari orang tua peserta didik atau masayarakat luas yang relevan
3)      Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan
4)      Untuk pemantapan konseppengembangan yang telah dirintisnya diadakan lokakarya untuk mencari input yang diperlukan.[6]
Pengembangan model ini dapat diterapkan di negara-negara yang menerapkan sisitem pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan yang disentralistik. Kebijakan pendidikan seperti ini tidak lagi diatur oleh pusat secara sentralistik, tetapi ditentukan oleh daerah bahkan oleh sekolah dan guru. Oleh karena itu untuk memperoleh kualitas lulusan sekolah dan madrasah, bisa terjadi persaingan antar sekolah dan madrasahatau antardaerah. Pengembangan model ini hanya mungkin dapat dilakukan, apabila guru-guru disekolah dan madrasah memiliki kemampuan dan sikap profesional yang tingi yang memahami konsep dan teori pendidikan dan pembelajaran. Jika tidak sangat kecil kemungkinan perubahan bisa terjadi.[7]
2.      Model pengembangan kurikulum baeauchmap
Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh G.A.Beauchamp seorang ahli kurikulum dalam bukunya Curriculum Theory mengemukakan bahwa ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum beauchamp:
a.       Menetapkan wilayah atau area yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum.
b.      Menetapakan personalia, yaitu pihak-pihak yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum
c.       Menetapkan organisasi dan prosedur yang akan ditempuh dalam merumuskan tujuan umum (standar kompetensi) dan tujuan khusus (kompetensi dasar) memilih isi dan pengalaman belajar serta menentukan evaluasi.
d.      Implementasi kurikulum
e.       Melaksanakan evaluasi kurikulum.[8]
3.      Model terbalik hilda taba
Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktik , serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum, sebagaimana sering terjadi apabila dilakukan tanpa kegiatan eksperimental.
Hilda taba menegmabangkan lima langkah pengembangan kurikulum secara berurutan, yaitu:
a.       Kelompok guru terlebih dahulu menghasilkan unit-unit kuriikulum untuk dieksperimenkan
b.      Uji coba unit-unit eksperimen untuk menemukan validitas dan kelayakan pembelajaran
c.       Merevisi hasil uji coba dan mngonsolidasikan unit-unit kurikulu
d.      Mengembangkan kerangka kerja teoritis
e.       Pengasemblingan dan desiminasi hasil yang telah diperoleh.[9]
4.      Model hubungan interpersonal dari rogers
Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan, dengan cara melatih diri berkomunikasi secara interpersonal.
Langkah-langkah dalam pengembangan model ini sebagai berikut:
a.       Memilih suatu sasaran administrator dalam sistem pendidikan dengan syarat individu yang terlibat hendaknya ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok secara intensif agar mereka dapat berkenalan secara akrab
b.      Mengikutsertakan guru-guru dalam pengalaman kelompok secara intensif
c.       Pertemuan intensif antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik lainnya secara akrab dalam suasana bebas ekspresi
d.      Menyelenggarakan pertemuan secara interpersonal antara administrator guru dan orang tua peserta didik. Dalam situasi yang demikian diharapkan masing-masing personal akan saling menghayati dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan problem sekolah yang dihadapi.[10]
5.      Model action research yang sistematis
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum yaitu adanya hubungan antara manusia, keadaan organisasi sekolah, situasi masyarakat dan otoritas ilmu pengetahuan
Langkah-langkah dalam pengembangan model ini adalah:
a)      Merasakan adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu diteliti secara mendalam
b)      Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya
c)      Merencanakan secara mendalam tentang bagaimana pemecahan masalahnya
d)     Menentukan keputusan-keputusan yang perlu diambil sehubungan dengan masalah tersebut
e)      Melaksanakan keputusan yang telah diambil dan menjalankan rencana yang telah disusun
f)       Menilai kelebihan dan kekurangannya.[11]
B.     .
C.     Model-model Pengembangan Kurikulum di Indonesia
1.      Kurikulum tahun 1964
Bersifat tradisonal yaitu pendidikan dan pengajaran dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada siswa dengan ciri khusus yakni:
Tujuan pembelajaran hanya memberi bekal kepada siswa agar mampu melanjutkan kejenjang selanjutnya.
Pembelajaran hanya menekankan penguasaan materi saja.
Pola pembelajaran satu arah (guru aktif siswa pasif)
Organisasi kurikulumnya bervariasi Khusus untuk sekolah kejuruan antara teori dan praktik dipisahkan. Mata pelajaran PAI masuk kedalam pelajaran budi pekerti.
2.      Kurikulum tahun 1968
Mata pelajaran PAI yang awalnya masuk dalam pelajaran budi pekerti pada tahun 1968 resmi menjadi mata pelajaran sendiri yakni mata pelajaran PAI karna PKI dibubarkan, sehingga lebih mengarah kepada Pancasila sebagai dasar Negara RI.
3.      Kurikulum tahun 1975
Adanya kurikulum yang mengajarkan bahwa pembelajran harus memperhatikan lingkungan yang ada disekitar dimana tempat pembelajaran dilaksanakan. Kurikulum 1975 mulai mengenal PPSI(Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
4.      Kurikulum tahun 1984
Pola pembelajaran dua arah yakni siswa ikut aktif dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. Kurikulum 1984 mengenal adanya sistem semester untuk jenjang SMP dan SMA sedangkan SD catur wulan (cawu).
5.      Kurikulum tahun 1994
Adapun pengembangan kurikulum pada tahun 1994 yakni:
a)      Adanya penerapan muatan lokal
b)      Konsep link dan match (keterkaitan dan kesepadanan) antara penddikan dengan dunia kerja
c)      Peningkatan wajib belajar yang awalnya 6 tahun menjadi 9 tahun.
6.      Kurikulum tahun 1999
Karena adanya era reformasi maka Kurikulum 1999 disebut kurikulum suplemen yaitu adanya pelajaran yang bisa tetap diajarkan dan ada yang tidak yakni pelajaran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
7.      Kurikulum tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK)
Ciri khusus KBK yakni:
a)      Lebih memgutamakan kemampuan
b)      Menekankan bantuan alat
c)      Evaluasi lebih menekankan kepada kemampuan atau percepatan masing-masing siswa.
d)     Berbasis kinerja: lebih menekankan kinerja.
8.      Kurikulum tahun 2006/2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP memberikan kebebasan pada masing – masing sekolah, KTSP memberikan kebebasan atau otonomi pada tingkat sekolah. Artinya kepada sekolah dan guru memiliki keluasan dalam mengembangkan kurikulum secara tepat dan proporsional.

9.      Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 mencoba mengurangi beban guru secara adminstratif yang kemudian guru hanya akan terfokus pada proses pembelajaran. Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
a.       Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik
b.      Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari dissekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar
c.       Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta menerapkan dalam berbagai situasi disekolah dan masyarakat
d.      Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

















BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang penulis paparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur yang sistematis dalam rangka mendasain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.
2.      Model-model pengembangan kulikum Robert S. Zais dalam bukunya Curriculum: Principles and Foundations : Model Administratif dan Model dari bawah (Grassroots). Model pengembangan kurikulum baeauchmap, Model terbalik hilda taba, Model hubungan interpersonal dari rogers dan Model action research yang sistematis.
3.      Model-model pengembangan kurikulum di indonesia: Kurikulum tahun 1964, Kurikulum tahun 1968, Kurikulum tahun 1975, Kurikulum tahun 1984, Kurikulum tahun 1994, Kurikulum tahun 1999, Kurikulum tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK), Kurikulum tahun 2006/2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013.

B.     Saran
Dengan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu dari referensi tentang materi Pengembangan Kurikulum. Tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini. Dengan segala keterbatasan dan kemampuan penulis, maka untuk pengembangan lebih lanjut disarankan kepada para pembaca untuk turut mencari di sumber-sumber yang lain guna menyempurnakan materi serta dapat memberi masukan kepada penulis guna perbaikan dan penyempurnaan kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Nasution. 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Sholeh Hidayat. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Toto Ruhimat dan Muthia Alinawati. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Zainal Arifin. 2014. Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.




[1] Toto Ruhimat dan Muthia Alinawati, Kurikulum dan Pembelajaran,  (Jakarta: Rajawali Press, 2013) hlm. 78
[2] Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993) hlm.139
[3] Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013) hlm. 80
[4] Dakir, Perencanaan dan Pengembangan kurikulum (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004) hlm. 96
[5] Sholeh Hidayat, Op Cit, hlm. 81
[6] Dakir, Op Cit, hlm. 96
[7] Sholeh hidayat, Op Cit, hlm. 81
[8] Sholeh hidayat, Op Cit, hlm. 84-85
[9] Zainal Arifin, Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014) hlm. 141
[10] Ibid, hlm 142
[11] Ibid, hlm. 142-143