MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu: Drs. H. Akhirin, M.Ag. dan Drs. Abdurrozaq
Assowy
Disusun
Oleh:
Kelompok
6 (Enam)
1.
Choirin
Widadiyah
2.
Rohmatin
Maghfiroh
3.
Amin Rikayanti
UNIVERSITAS ISLAM NAHDHLATUL ULAMA’ ( UNISNU ) JEPARA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
Jl. Taman Siswa (pekeng) No. 09 Tahunan Jepara.
Telp/Fax (0291)593132
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
membeikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah
yang berjudul “Model-model Pengembangan Kurikulum” dengan baik.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengembangan Kurikulum. Selain
itu kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan
dan wawasan tentang model-model pengembangan kurikulum.
Kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam
penulisan makalah ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan di masa mendatang.
Jepara, 07 April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C.
Tujuan Makalah.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian................................................................................................... 3
B.
Model-model pengembangan kurikulum ................................................... 4
C.
Model-model pengembangan kurikulum di Indonesia............................... 8
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan.................................................................................................... 11
B.
Saran.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam menunjang aktivitas
belajar mengajar. Kurikulum merupakan alat
untuk mencapai tujuan pendidikan, karena kurikulum adalah salah satu
komponen yang menentukan dalam suatu sistem pendidikan.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dan strategis dalam seluruh proses
pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain bahwa kurikulum sebagai instrumental
input untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu pengembangan manusia yang
sesuai dengan falsafah hidup bangsa.
Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, kurikulum harus
mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa,
berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tidak hanya sebagai mata
pelajaran yang harus dibelajarkan kepada peserta didik, melainkan sebagai
aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk dialami dan diwujudkan dalam
perilaku peserta didik.
Kegiatan pengembangan kurikulum di tingkat satuan pendidikan memerlukan
suatu model yang dijadikan sebagai landasan teoritis untuk melaksanakan
kegiatan tersebut. Dalam pengembangan kurikulum, banyak model-model yang
digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan
kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikannya serta
kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan
sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model
konsep pendidikan mana yang digunakan.
Dari beberapa penjelasan diatas, pengembangan kurikulum sangat penting
sekali bagi dunia pendidikan, agar tujuan pendidikan dapat terwujud dengan
baik. Ada beberapa model yang
diungkapkan oleh para ahli dalam pengembangan kurikulum yang akan dibahas dalam
makalah penulis yang berjudul “model-model pengembangan kurikulum”.
B.
Rumusan masalah
Untuk membatasi masalah agar lebih terpusat
pada pokok persoalan sesuai dengan judul diatas, maka dalam makalah ini
pemakalah menguraikan beberapa permasalahan yaitu:
1.
Apa
pengertian model pengembangan kurikulum?
2.
Apa
model-model pengembangan kurikulum?
3.
Bagaimana
model-model pengembangan kurikulum yang ada di Indonesia?
C.
Tujuan Makalah
Berdasarkan pada permasalahan yang diajukan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui pengertian model pengembangan kurikulum
2.
Untuk
mengetahui model-model pengembangan kurikulum
3.
Untuk
mengetahui model-model pengembangan kurikulum yang ada di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model adalah konstruksi yang bersifat teoritis dari konsep. Dalam
kegiatan pengembangan kurikulum, model merupakan ulasan teoritis tentang proses
pengembangan kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula hanya merupakan ulasan
tentang salah satu komponen kurikulum. Ada suatu model yang memberikan ulasan
tentang keseluruhan proses kurikulum. Akan tetapi, adapula yang hanya
menekankan pada mekanisme pengembangannya dan itu pun hanya pada uraian
pengembangang organisasinya.
Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek yang
memengaruhinya, seperti cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan,
politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan
menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka
mendasain (designing), menerpakan (implementation), dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.[1]
Dalam pengembanga kurikulum, hendaknya sebisa mungkin didasarkan pada
faktor-faktor yang konstan sehingga ulasan mengenai hal yang dibahas dapat
dilakukan secara konsisten. Faktor-faktor konstan yang dimaksud adalah dalam
pengembangan kurikulum perlu didasarkan pada tujuan, bahan pelajaran, proses
belajar mengajar, dan evaluasi yang menggambarkan dalam pengembangan tersebut
Faktor-faktor konstan tersebut, yang terdiri dari beberapa komponen tersebut,
harus saling bertalian erat. Misalnya evaluasi harus sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai, begitujuga dengan bahan ajar dan proses belajar mengajar.[2]
Sehingga, agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang
kurikulum semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang
dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur sistematis
dalam proses penyusunan suatu kurikulum. Dengan memahami esensi model
pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum,
para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara lebih sistematis,
sistemik dan optimal. Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu kurikulum yang
akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan.
B.
Model-model
1.
Robert
S. Zais dalam bukunya Curriculum: Principles and Foundations mengemukakan
berbagai model pengembangan kurikulum, yang secara garis besar diutarakan
sebagai berikut:
a.
Model
Administratif
Pengembangan
kurikulum model administratif juga disebut dengan model dari atas ke bawah yang
menekankan kegiatannya pada orang-orang yang terlibat sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing.[3]
Pengembanagan kurikulum dengan model ini dikembangkan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Atasan
membentuk tim yang terdiri atas para pejabat yang berwenang
2)
Tim
merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan falsafah yang diikuti
3)
Dibentuk
beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri dari spesialis kurikulum dan
staf pengajar
4)
Hasil
kerja dari butir 3 direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil dari try
out
5)
Setelah
try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan telah direvisi
seperlunya, baru kurikulum tersebut diimplementasikan.[4]
Berhubung pengarahan kegiatan berasal dari atas kebawah, pada
dasarnya model ini mudah dilaksanakan pada negara yang menganut sistem
sentralistik dan negara kemampuan
profesional tenaga pengajarnya masih rendah. Kelemahan model ini
terletak pada kurang pekanya terhadap adanya perubahan masyarakat. Selain itu,
kurikulum ini biasanya bersifat seragam secara nasional sehingga kadang-kadang
melupakan adanya kebutuhan dan kekhususan yang ada pada setiap daerah.[5]
b.
Model
dari bawah (Grassroots)
Model
ini biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Mereka
memiliki kebutuhan dan keinginan untuk memperbaharui atau menyempurnakannya.
Berikut langkah-langkah model pengembangan ini:
1)
Inisiatif
pengembangan datangnya dari bawah (para pengajar)
2)
Tim
pengajar dari beberapa sekolah ditambah narasumber lain dari orang tua peserta
didik atau masayarakat luas yang relevan
3)
Pihak
atasan memberikan bimbingan dan dorongan
4)
Untuk
pemantapan konseppengembangan yang telah dirintisnya diadakan lokakarya untuk
mencari input yang diperlukan.[6]
Pengembangan model ini dapat diterapkan di negara-negara yang
menerapkan sisitem pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan yang
disentralistik. Kebijakan pendidikan seperti ini tidak lagi diatur oleh pusat
secara sentralistik, tetapi ditentukan oleh daerah bahkan oleh sekolah dan
guru. Oleh karena itu untuk memperoleh kualitas lulusan sekolah dan madrasah,
bisa terjadi persaingan antar sekolah dan madrasahatau antardaerah.
Pengembangan model ini hanya mungkin dapat dilakukan, apabila guru-guru
disekolah dan madrasah memiliki kemampuan dan sikap profesional yang tingi yang
memahami konsep dan teori pendidikan dan pembelajaran. Jika tidak sangat kecil
kemungkinan perubahan bisa terjadi.[7]
2. Model pengembangan kurikulum baeauchmap
Model
pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh G.A.Beauchamp seorang ahli
kurikulum dalam bukunya Curriculum Theory mengemukakan bahwa ada lima
hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum beauchamp:
a.
Menetapkan
wilayah atau area yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum.
b.
Menetapakan
personalia, yaitu pihak-pihak yang akan terlibat dalam proses pengembangan
kurikulum
c.
Menetapkan
organisasi dan prosedur yang akan ditempuh dalam merumuskan tujuan umum
(standar kompetensi) dan tujuan khusus (kompetensi dasar) memilih isi dan
pengalaman belajar serta menentukan evaluasi.
d.
Implementasi
kurikulum
e.
Melaksanakan
evaluasi kurikulum.[8]
3. Model terbalik hilda taba
Model
ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian
diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktik
, serta menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakan kurikulum, sebagaimana
sering terjadi apabila dilakukan tanpa kegiatan eksperimental.
Hilda
taba menegmabangkan lima langkah pengembangan kurikulum secara berurutan,
yaitu:
a.
Kelompok
guru terlebih dahulu menghasilkan unit-unit kuriikulum untuk dieksperimenkan
b.
Uji
coba unit-unit eksperimen untuk menemukan validitas dan kelayakan pembelajaran
c.
Merevisi
hasil uji coba dan mngonsolidasikan unit-unit kurikulu
d.
Mengembangkan
kerangka kerja teoritis
e.
Pengasemblingan
dan desiminasi hasil yang telah diperoleh.[9]
4.
Model
hubungan interpersonal dari rogers
Kurikulum
yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu secara fleksibel
terhadap perubahan-perubahan, dengan cara melatih diri berkomunikasi secara interpersonal.
Langkah-langkah
dalam pengembangan model ini sebagai berikut:
a.
Memilih
suatu sasaran administrator dalam sistem pendidikan dengan syarat individu yang
terlibat hendaknya ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok secara
intensif agar mereka dapat berkenalan secara akrab
b.
Mengikutsertakan
guru-guru dalam pengalaman kelompok secara intensif
c.
Pertemuan
intensif antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik lainnya
secara akrab dalam suasana bebas ekspresi
d.
Menyelenggarakan
pertemuan secara interpersonal antara administrator guru dan orang tua
peserta didik. Dalam situasi yang demikian diharapkan masing-masing personal
akan saling menghayati dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan
problem sekolah yang dihadapi.[10]
5.
Model
action research yang sistematis
Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum yaitu adanya hubungan
antara manusia, keadaan organisasi sekolah, situasi masyarakat dan otoritas
ilmu pengetahuan
Langkah-langkah
dalam pengembangan model ini adalah:
a)
Merasakan
adanya suatu masalah dalam kelas atau sekolah yang perlu diteliti secara
mendalam
b)
Mengidentifikasi
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya
c)
Merencanakan
secara mendalam tentang bagaimana pemecahan masalahnya
d)
Menentukan
keputusan-keputusan yang perlu diambil sehubungan dengan masalah tersebut
e)
Melaksanakan
keputusan yang telah diambil dan menjalankan rencana yang telah disusun
f)
Menilai
kelebihan dan kekurangannya.[11]
B. .
C.
Model-model
Pengembangan Kurikulum di Indonesia
1.
Kurikulum
tahun 1964
Bersifat
tradisonal yaitu pendidikan dan pengajaran dimaksudkan untuk memberi pelajaran
kepada siswa dengan ciri khusus yakni:
Tujuan pembelajaran hanya memberi bekal kepada siswa agar mampu melanjutkan kejenjang selanjutnya.
Tujuan pembelajaran hanya memberi bekal kepada siswa agar mampu melanjutkan kejenjang selanjutnya.
Pembelajaran
hanya menekankan penguasaan materi saja.
Pola pembelajaran satu arah (guru aktif siswa pasif)
Organisasi kurikulumnya bervariasi Khusus untuk sekolah kejuruan antara teori dan praktik dipisahkan. Mata pelajaran PAI masuk kedalam pelajaran budi pekerti.
Pola pembelajaran satu arah (guru aktif siswa pasif)
Organisasi kurikulumnya bervariasi Khusus untuk sekolah kejuruan antara teori dan praktik dipisahkan. Mata pelajaran PAI masuk kedalam pelajaran budi pekerti.
2.
Kurikulum
tahun 1968
Mata
pelajaran PAI yang awalnya masuk dalam pelajaran budi pekerti pada tahun 1968
resmi menjadi mata pelajaran sendiri yakni mata pelajaran PAI karna PKI
dibubarkan, sehingga lebih mengarah kepada Pancasila sebagai dasar Negara RI.
3.
Kurikulum
tahun 1975
Adanya
kurikulum yang mengajarkan bahwa pembelajran harus memperhatikan lingkungan
yang ada disekitar dimana tempat pembelajaran dilaksanakan. Kurikulum 1975
mulai mengenal PPSI(Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
4.
Kurikulum
tahun 1984
Pola
pembelajaran dua arah yakni siswa ikut aktif dalam mempelajari mata pelajaran
tertentu. Kurikulum 1984 mengenal adanya sistem semester untuk jenjang SMP dan
SMA sedangkan SD catur wulan (cawu).
5.
Kurikulum
tahun 1994
Adapun
pengembangan kurikulum pada tahun 1994 yakni:
a)
Adanya
penerapan muatan lokal
b)
Konsep
link dan match (keterkaitan dan kesepadanan) antara penddikan dengan dunia
kerja
c)
Peningkatan
wajib belajar yang awalnya 6 tahun menjadi 9 tahun.
6.
Kurikulum
tahun 1999
Karena
adanya era reformasi maka Kurikulum 1999 disebut kurikulum suplemen yaitu
adanya pelajaran yang bisa tetap diajarkan dan ada yang tidak yakni pelajaran
P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
7.
Kurikulum
tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK)
Ciri
khusus KBK yakni:
a)
Lebih
memgutamakan kemampuan
b)
Menekankan
bantuan alat
c)
Evaluasi
lebih menekankan kepada kemampuan atau percepatan masing-masing siswa.
d)
Berbasis
kinerja: lebih menekankan kinerja.
8.
Kurikulum
tahun 2006/2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP memberikan kebebasan pada masing – masing sekolah, KTSP memberikan kebebasan atau otonomi pada tingkat sekolah. Artinya kepada sekolah dan guru memiliki keluasan dalam mengembangkan kurikulum secara tepat dan proporsional.
KTSP memberikan kebebasan pada masing – masing sekolah, KTSP memberikan kebebasan atau otonomi pada tingkat sekolah. Artinya kepada sekolah dan guru memiliki keluasan dalam mengembangkan kurikulum secara tepat dan proporsional.
9.
Kurikulum
2013
Kurikulum
2013 mencoba mengurangi beban guru secara adminstratif yang kemudian guru hanya
akan terfokus pada proses pembelajaran. Kurikulum 2013 dirancang dengan
karakteristik sebagai berikut:
a.
Mengembangkan
keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu,
kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik
b.
Sekolah
merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana
dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari dissekolah ke masyarakat
dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar
c.
Mengembangkan
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta menerapkan dalam berbagai situasi
disekolah dan masyarakat
d.
Kompetensi
dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam
kompetensi dasar mata pelajaran.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang penulis paparkan diatas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Model pengembangan
kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur yang sistematis dalam rangka
mendasain (designing), menerapkan (implementation), dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.
2.
Model-model
pengembangan kulikum Robert S. Zais dalam bukunya Curriculum: Principles and
Foundations : Model Administratif dan Model dari bawah (Grassroots). Model
pengembangan kurikulum baeauchmap, Model terbalik hilda taba, Model hubungan
interpersonal dari rogers dan Model action research yang sistematis.
3.
Model-model
pengembangan kurikulum di indonesia: Kurikulum tahun 1964, Kurikulum tahun 1968,
Kurikulum tahun 1975, Kurikulum tahun 1984, Kurikulum tahun 1994, Kurikulum
tahun 1999, Kurikulum tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK), Kurikulum
tahun 2006/2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013.
B.
Saran
Dengan makalah ini diharapkan dapat
menjadi salah satu dari referensi tentang materi Pengembangan Kurikulum. Tiada
gading yang tak retak, begitu juga dengan makalah ini. Dengan segala
keterbatasan dan kemampuan penulis, maka untuk pengembangan lebih lanjut
disarankan kepada para pembaca untuk turut mencari di sumber-sumber yang lain
guna menyempurnakan materi serta dapat memberi masukan kepada penulis guna
perbaikan dan penyempurnaan kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan kurikulum. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Nasution. 1993. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Sholeh Hidayat. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Toto Ruhimat dan Muthia Alinawati. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Press.
Zainal Arifin. 2014. Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[1] Toto Ruhimat dan Muthia Alinawati, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013) hlm. 78
[2] Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 1993) hlm.139
[3] Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013) hlm. 80
[4] Dakir, Perencanaan dan Pengembangan kurikulum (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2004) hlm. 96
[5] Sholeh Hidayat, Op Cit, hlm. 81
[6] Dakir, Op Cit, hlm. 96
[7] Sholeh hidayat, Op Cit, hlm. 81
[8] Sholeh hidayat, Op Cit, hlm. 84-85
[9] Zainal Arifin, Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2014) hlm. 141
[10] Ibid, hlm 142
[11] Ibid, hlm. 142-143