1. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan
Perluasan wilayah pada masa Daulah Mughal berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga masa pemerintahan Aurangzeb. Menjalankan roda pemerintahan secara, pemerintahan militeristik. Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran
Akbar menerapkan politik toleransi sulakhul (universal). Dengan politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam. Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India.
2. Bidang Ekonomi
Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian. Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikat terhadapnya.
Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang. Pada masa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) yaitu Perusahaan Inggris - India Timur untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600 M. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera, sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar.
3. Bidang Agama
Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu konsep Din-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama baru. Pada prakteknya, Din-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-umat beragama di India.
Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta rendah yang merasa disia-siakan dan dikutuk oleh golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
4. Bidang Seni dan Budaya
Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akbar Nameh dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya. Daulah Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore.
Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar (1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405). Taman-taman kreasi Mughal menonjolkan gaya campuran yang harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.
Stabilitas politik yang berhasil diciptakan oleh Akbar mendukung pencapaian kemajuan dalam berbagai bidang, diantaranya dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan peradaban. Kemajuan dalam bidang ekonomi ditandai dengan kemajuan sektor pertanian dan perindustrian. Pada masa ini penanganan pertanian sangat diperhatikan secara terstruktur.
Bidang ilmu pengetahuan tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan Daulah- daulah sebelumnya. Yang lebih maju justru bidang seni syair dan seni arsitektur. Berbagai bangunan monumental masih bisa disaksikan hingga sekarang, diantaranya:
1. Benteng Agra atau Agra Fort.
Terbentang seluas 94 hektar, terletak sejajar dengan Sungai Yamuna dan 2 kilometer barat laut dari Taj Mahal. Tepatnya di kota Agra, Uttar Pradesh, India Utara. Benteng Agra sudah ada sejak masa Sikarwar Rajarputs. Namun setelah jatuh ke tangan Dinasti Mughal, Akbar melakukan renovasi besar-besaran benteng pada benteng ini. Butuh lebih dari 4000 pekerja dan delapan tahun masa penyelesaian. Kota Agrapun dijadikan sebagai ibu kota kerajaan Mughal dan menjadikan benteng ini sebagai kediaman utama sultan-sultan Daulah Mughal sampai tahun 1638.
2. Benteng Merah atau Red Fort.
Benteng Merah merupakan kediaman utama dari penguasa dari Daulah Mughal selama hampir 200 tahun sampai tahun 1856. Sultan Shah Jihan menugaskan pembangunan Benteng Merah pada 12 Mei 1639, ketika ia memutuskan untuk memindahkan ibu kotanya dari Agra ke Delhi.
3. Taj Mahal.
Nama Taj Mahal tentu tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Istana dari marmer putih gading yang terletak di tepi selatan Sungai Yamuna, Agra India ini sebenarnya adalah makan dari Mumtaz Mahal, istri kesayangan Shah Jihan. Dibangun dari tahun 1632-1653 M. Taj Mahal dianggap sebagai contoh terbaik arsitektur Mughal dan simbol sejarah kekayaan India.
4. Jama Masjid.
Merupakan salah satu masjid terbesar di India. Masjid ini dibangun oleh Sultan Mughal Shah Jahan antara 1644 M dan 1656 M. Masjid ini menjadi masjid kerajaan sampai akhir periode Mughal. Masjid ini juga salah satu masjid terbesar di India. Halaman Jama Masjid mampu menampung lebih dari 25.000 jamaah.
Melihat kemegahan bangunan-bangunan tersebut, tidak heran jika Daulah Mughal disebut sebagai salah satu Daulah yang berjaya di abad ke-17. Dunia Islam sangat beruntung dan berterima kasih ke pemerintah India yang terus melestarikan peninggalan ini sebagai salah satu sumber pemasukan negara.
Sumber: Kementrian Agama Republik Indonesia. 2019. Buku Siswa : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XI. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar