1. Mengenal Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib lahir pada hari Jumat 13 Rajab tahun 600 M di kota Makkah. Nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib ibn Abdil Muthalib ibn Hasyim ibn Abdi Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrahi bin Ka’ab ibn Lu’ay. Ali bin Abi Thalib termasuk dalam golongan Assabiqunal Awwaluun dari kalangan anak-anak. Sejak kecil beliau diasuh oleh Rasulullah Saw, oleh sebab itu beliau terdidik dalam kesempurnaan akhlaq dan sifat-sifat yang terpuji.
Pada awal dakwah Rasulullah Saw, Ali selalu mengikuti kemanapun Rasulullah Saw pergi termasuk ketika harus sembunyi-sembunyi melakukan sholat di lembah-lembah Makkah. Ali juga rela mempertaruhkan jiwanya untuk Rasulullah Saw ketika pada malam hijrah ke Yasrib beliau menggantikan tidur di pembaringan Rasulullah Saw.
Dari segi keilmuan, Ali bin Abi Thalib termasuk ulama dan hakim terkemuka dikalangan sahabat, hingga salah satu gelar yang disematkan kepadanya adalah babul ‘ilmi (pintunya ilmu). Para sahabat senior banyak yang berkonsultasi kepada Ali mengenai masalah masalah keilmuan yang mereka hadapi, keluasan dan kedalaman ilmu yang dimiliki oleh Ali tidak diragukan lagi.
Dalam sebagian besar perang Rasulullah Saw, ia selalu bertugas membawa panji-panji perang. Keberanian, kepahlawanannya, dan kepiawaiannya tak ada tandingannya sehingga diberi julukan asadullah (singa Allah). Ali ikut serta dalam perang Badar maupun perang-perang lainnya, hanya saja pada peristiwa perang Tabuk, Ali tidak ikut serta karena mendapat tugas dari Rasulullah Saw untuk menjaga keluarga beliau dan menggantikannya memimpin kota Madinah.
Sepeninggal Rasulullah Saw, Ali menjadi tempat para sahabat meminta pendapat. Meskipun tegas dan keras dalam setiap pertempuran, tetapi beliau memiliki sifat penyayang yang luar biasa. Beliau tak segan-segan menyedekahkan makanan yang seharusnya diperuntukkan bagi keluarganya. Ketika Abu Bakar, Umar bin Khathab dan Usman bin Affan menjadi khalifah, mereka tak segan untuk meminta pendapat dari Ali tentang suatu persoalan dan sebelum mengambil suatu tindakan.
2. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib
Ketika terjadi pengepungan atas khalifah Usman bin Affan oleh para pemberontak, Ali bin Abi Thalib meminta dua orang putranya Hasan dan Husain untuk menjaga khalifah Usman, namun akhir dari pengepungan itu adalah meninggalnya Usman bin Affan.
Pasca
peristiwa itu, para sahabat berkumpul dan mengutarakan pendapat mereka kepada
Ali bin Abi Thalib,“Usman telah tiada dan
umat membutuhkan pemimpin, sampai saat ini tidak ada seorangpun yang pantas
menjadi pemimpin umat Islam selain engkau, dan tak ada juga seorangpun yang
lebih senior dalam Islam dan lebih dekat dengan Rasulullah Saw selain engkau”.
Ali menolak penunjukan itu, dan beliaupun belum mengambil tindakan apa pun.
Sementara keadaan semakin kacau dan menghawatirkan sehingga Ali ragu ragu untuk mengambil keputusan dan tindakan. Mereka terus mendesak Ali untuk bersedia menjadi khalifah dan mengingatkan keadaan yang lebih buruk akan terjadi jika Ali tidak bersedia menjadi khalifah. Akhirnya Ali bin Abi Thalib bersedia dan dibai’at menjadi khalifah pada tanggal 24 Juni tahun 656 M di Masjid Nabawi.
Setelah
bai’at terlaksana, Ali pun berpidato dan berpesan kepada kaum muslimin “Allah telah menurunkan al-Qur’an sebagai
petunjuk untuk membedakan yang baik dari yang buruk. Karena itu, lakukanlah
kebaikan dan tinggalkan keburukan”.
Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib penuh dengan gejolak, hal ini dipicu oleh konflik internal yang muncul silih berganti, sehingga menghambat pemerintahannya. Gejolak ini juga yang mengakibatkan pada subuh tanggal 17 bulan Ramadhan 40 H Ali bin Abi Thalib ditikam oleh Ibnu Muljam, pada 20 Ramadhan beliau meninggal dan dimakamkan di Kufah. Beliau meninggal dalam usia 63 tahun dan menjadi khalifah selama 4 tahun 9 bulan.
3. Substansi dan Strategi Dakwah Ali bin Abi Thalib
Masa pemerintahan Ali bin Abi thalib yang singkat dihabiskan untuk meredam beberapa pemberontakan yang terjadi. Ada dua pemberontakan yang terjadi pada masa Ali bin Abi Thalib yang dikenal dengan perang Jamal (antara Ali dan Aisyah) dan perang Siffin (antara Ali dan Muawiyah). Beberapa strategi dan ketetapan Ali bin Abi Thalib:
a.
Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Usman, kemudian mengirim
kepala daerah baru yang akan menggantikan mereka.
b. Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Usman kepada kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian Ustman kepada siapapun yang tidak beralasan diambil kembali untuk dikuasai Negara.
B.
Hikmah Pembelajaran
1.
Khalifah
Abu Bakar as-Shidiq merupakan khalifah yang cerdas, jujur dan mempunyai
kepribadian yang tulus serta seorang pemimpin yang demokratis
2.
Khalifah
Umar bin Khatab merupakan sosok yang pemberani dan tegas dalam memimpin
3.
Khalifah
Usman bin Affan adalah seorang yang sangat dermawan dan juga cerdas
4. Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat Rasulullah Saw dan banyak mewarisi ilmu beliau, sehingga Ali terkenal juga dengan kecerdasan dan keluasan ilmu yang dimilikinya
Link Vidio bisa diklik:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar