1.
Mengenal Abu Bakar as-Shidiq
Abu Bakar dilahirkan dua tahun setelah Tahun Gajah
yang bertepatan dengan tahun kelahiran Rasulullah Saw. nama asli Abu Bakar
adalah Abdullah, dan diberi julukan Abu Bakar (Bakr adalah nama unta yang masih
muda). Nama lengkapnya adalah Abu Bakar bin Abu Quhafah bin Murrah bin Kaab bin
Luay bin Ghalib bin Fihr.
Pada masa jahiliyah Abu Bakar adalah teman akrab
Rasulullah SAW yang selalu bersama-sama mencari Tuhan dan tetap konsisten
dengan akhlak mulia. Abu Bakar sering menemani Rasulullah SAW dalam perjalanan
dagang ke Negeri Syam, demikian juga ketika seorang pendeta yang menyampaikan
tanda-tanda kenabian kepada Abu Thalib dalam sebuah perjalanan dagang ke Negeri
Syam, Abu Bakar turut serta dalam rombongan tersebut.
Saat dewasa, Abu Bakar menjadi penduduk Quraisy yang
sangat banyak pengetahuannya, khususnya tentang sejarah dan peninggalan masa
lalu. Dia pun menjadi saudagar yang kaya
raya, berakhlak mulia, dan selalu menepati janji. Abu
Bakar dikenal sebagai orang yang cerdas, bijaksana dan lemah lembut.
Sejak memasuki usia
baligh beliau tidak pernah menyembah berhala, Abu Bakar sangat menyadari betapa
batil dan semrawutnya kehidupan beragama di Makkah kala itu.
Dalam
jiwanya terdapat keberanian bagai singa yang dapat menggoncang orang yang
berusaha menggoyangkan keiamanannya. Ketika Rasulullah SAW dimuliakan dengan
kerasulannya, Abu Bakar menjadi Assabiqunal Awwalun tanpa keragu-raguan
sedikitpun dalam hatinya, sampai-sampai Rasulullah SAW berkata “Tidaklah aku mengajak seseorang memeluk
Islam melainkan dirinya dihinggapi keragu-raguan, berbeda halnya dengan Abu
Bakar”.
Ketika Rasulullah SAW diisrakan dari Masjidil Haram
menuju Masjidil Aqsa, orang-orang mempertanyakan kebenaran peristiwa itu,
bahkan banyak diantara mereka yang mendustakan Muhammad, tapi tidak demikian
dengan Abu Bakar, beliaulah orang yang pertama mempercayai peristiwa itu dan
mengimaninya hingga beliau diberi gelar Ash-Shidiq.
Dalam peristiwa hijrah ke Madinah, Abu Bakar mendapat
kehormatan menemani Rasulullah Saw dan menjadi salah seorang yang berada dalam
gua. Dalam sejarah peperangan membela Islam, Abu Bakar selalu ikut serta, tidak
ada satu pertempuranpun yang tidak diikutinya. Abu Bakar menjadi pemegang ar-rayah dalam perang Tabuk. Abu Bakar
diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk memimpin rombongan haji pada tahun
kesembilan hijriyah. Ketika Rasulullah SAW sakit, Abu Bakar diperintahkan oleh
beliau menggantikannya menjadi imam sholat
2.
Pengangkatan Abu Bakar as-Shiddiq
Tatkala
tersiar kabar tentang meninggalnya Rasulullah SAW, kaum muslimin diliputi
kebimbangan tentang siapa pengganti pemimpin mereka. Banyak diantara mereka
yang tidak mempercayai berita tersebut dan menganggap bahwa Rasulullah SAW belum meninggal. Dalam keadaan seperti ini Abu Bakar berseru kepada seluruh
kaum muslimin dengan pidatonya: “Wahai
sekalian manusia, barangsiapa yang menyembah kepada Muhammad, maka Muhammad
telah meninggal dunia. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tidak
pernah akan mati selamanya”
Abu
Bakar kemudian membaca kan firman Allah Q.S. Ali Imran ayat 144:
“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul;
sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh
kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia
tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang
yang bersyukur. (QS.
Ali Imran 3: 144)
Demi mendengar pidato Abu Bakar tersebut, kaum
muslimin menyadari bahwa Rasulullah SAW benar telah meninggalkan mereka, dan
jika bukan karena kebesaran jiwa Abu Bakar, mungkin kaum muslimin tidak bisa menerima
kenyataan tersebut.
Kebimbangan selanjutnya adalah tentang siapakah sosok
yang dapat menggantikan kepemimpinan Rasulullah SAW. Saat itu, kaum Anshar
terbagi menjadi dua golongan besar, Aus dan Khazraj. Mereka berkumpul di
Saqifah Bani Saidah (sebuah Balai Irung atau tempat pertemuan) bermaksud
memilih pengganti Rasulullah SAW dari kalangan mereka dengan menunjuk Saad bin
Ubadah. Kaum Anshar merasa berhak atas jabatan itu karena merekalah yang
menolong kaum muslimin ketika hijrah ke Madinah.
Pertemuan di Saqifah Bani Saidah tersebut didengar
oleh kaum Muhajirin. Maka Abu Bakar, Umar diikuti sahabat yang lainnya menuju
Saqifah Bani Saidah. Muhajirin dan Anshar merasa berhak atas kepemimpinan itu,
maka Abu Bakar berkata: “Baik kami dari
golongan Muhajirin maupun kalian golongan Ansor merupakan saudara satu agama
yang senantiasa menyeru kepada kebaikan melawan kebatilan. Jika kalian
menyebutkan tentang kebaikan-kebaikan yang telah kalian lakukan, memang
begitulah kenyataannya
Saat itu Abu Bakar bermaksud mempersilahkan kepada
kaum Muhajirin dan Anshar untuk memilih diantara Umar bin Khathab dan Abu
Ubadah menjadi pemimpin mereka, namun Umar bin Khathab berkata “Bukalah
tanganmu Wahai Abu Bakar, bukankah Rasulullah SAW telah menyuruhmu menjadi imam
sholat bagi kaum muslimin? Jika Rasulullah Saw sudah percaya kepadamu mengenai
soal agama, maka kami akan mempercayai engkau untuk urusan keduniaan, kami
serahkan urusan kepemimpinan ini kepada engkau, engkaulah orang kedua yang
berada dalam gua waktu itu, dan engkaulah orang yang paling dicintai Rasulullah
SAW daripada kami.
Kemudian Umar membai’at Abu Bakar diikuti kaum
muslimin. Dengan demikian, selesai dan sempurnalah pemba’iatan Abu Bakar,
karena mayoritas kaum muslimin membai’atnya, dimana para sahabat terkemuka saat
itu berada di Madinah, kecuali Ali bin Abi Thalib yang sedang mengurus jenazah
Rasulullah SAW.
Masa kepemimpin Abu Bakar yang sangat singkat yaitu 2
tahun 3 bulan 10 hari digunakan untuk menata kembali aqidah kaum muslim setelah
tergoncang dengan kepergian Rasulullah Saw. Abu Bakar wafat pada 21 Jumadil
Akhir tahun 13 H/ 22 Agustus 634 M.
setelah menderita sakit selama kurang lebih 15 hari lamanya. kemudian beliau
dimakamkan di kamar Aisyah, disamping makam Rasulullah SAW.
3.
Substansi dan Strategi Dakwah Abu Bakar as-Shiddiq
Masa kepemimpinan Abu Bakar yang singkat banyak
dihabiskan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul akibat wafatnya
Rasulullah SAW. Berbagai hal yang dilakukan Abu Bakar dalam kepemimpinannya
tidak lain adalah ingin mewujudkan stabilitas dan membangun kembali masyarakat
Muslim yang bersatu. Beberapa strategi dilakukan Abu Bakar antara lain:
a.
Peristiwa Riddah
Meninggalnya Rasulullah Saw banyak menimbulkan gejolak
dikalangan umat Islam, salah satunya adalah kaum murtad. Mereka menyatakan
keluar dari Islam, ada juga yang masih beriman dan menjalankan sholat tetapi
tidak mau menunaikan zakat karena beranggapan bahwa meninggalnya Rasulullah SAW berarti
menggugurkan kewajiban mereka untuk menunaikan zakat. Karena itu mereka
menentang Abu Bakar.
Karena sikap keras kepala dan penentangan yang dapat
membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini
dengan apa yang disebut perang Riddah (perang
melawan keumurtadan. Khalid bin Walid adalah jendral yang banyak berjasa dalam
perang Riddah ini.
Masa pemerintahan Abu Bakar hampir sama dengan pada
masa Rasulullah Saw, bersifat sentral, kekuasaan legislative, ekskutif, dan
yudikatif terpusat ditangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan,
khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti halnya Rasulullah
SAW, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabatnya untuk bermusyawarah.
b.
Kodifikasi al-Qur’an
Munculnya perang Riddah
menimbulkan banyak korban termasuk para penghafal al-Qur’an. Kenyataan ini
sangat menghawatirkan dan merugikan. Oleh karena itu Umar bin Khathab
mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur’an
menjadi satu buku.
Khalifah kemudian menunjuk Zaid bin Sabit untuk memimpin
pengumpulan ayat-ayat al-Qur’an tersebut. Zaid bin Sabit ditunjuk karena ia
adalah sosok pemuda yang cerdas dan berpengalaman mencatat ayat-ayat al-
Qur’an. Proses kodifikasi ini berlangsung hingga masa pemerintahan khalifah
ketiga Usman bin Affan.
c.
Perluasan Wilayah
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, Abu
Bakar berkonsentrasi merealisasikan cita-cita Rasulullah Saw mengirimkan
ekspedisi ke perbatasan Syiria dibawah pimpinan Usamah. Selain itu Abu Bakar
menugaskan empat orang panglima yang berkonsentrasi mempersiapkan ekspedisi
militer ke Syam. Beliau mengirimkan lima devisi pasukan dengan tugas sebagai
berikut:
1. Abu
Ubaidah Ibn Jarrah, sahabat yang dijuluki amin
hadzihi al-ummah (orang terpercaya dari umat Islam) dikirimkan ke Himsh dan Humah
2.
Yazid
bin Abu Sufyan dikirim ke Damaskus
3.
Syurahbil
ibn Hasanah dikirim ke Yordania
4.
Amr
bin Ash dikirim ke Palestina
5.
Ikrimah
ibn Abu Jahal, pasukannya ditugaskan untuk selalu siap siaga menyokong keempat
devisi diatas bila membutuhkan bantuan.
Link Vidio bisa diklik:
Vidio Pembelajaran Materi Khalifah Abu Bakar As Shiddiq