Senin, 19 Desember 2022

KEMUNDURAN KERAJAAN BESAR

  

Kemunduran Islam tidak lepas dari runtuhnya kerajaan-kerajaan Islam besar di Jazirah Arab. Diantara gambarannya adalah kejayaan yang diraih oleh Daulah Abbasiyah yang kemudian menuai kemunduran sampai dengan keruntuhannya.

Runtuhnya Daulah Abbasiyah bukan tanpa sebab. Setelah Daulah Abbasiyah berhasil membumikan kejayaan dan keemasannya dalam berbagai bidang peradaban dan ilmu pengetahuan akhirnya runtuh juga. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi runtuhnya Daulah Abbasiyah.

1.     Faktor Internal.

Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan yang terjadi antara penerus Daulah Abbasiyah tidak terbendung. Bagi sebagian orang Arab, mereka masih belum bisa melupakan pengaruh Daulah Umayyah karena pada masa daulah tersebut, hampir semua penguasa berasal dari bangsa Arab. Namun bagi kalangan non Arab (`Ajam) mereka juga menginginkan kekuasaan Daulah Abbasiyah dipegang oleh keturunan mereka. Demikian halnya orang-orang Persia, mereka menginginkan sebuah Daulah dengan pemimpin yang berasal dari kalangan mereka.

Fanatisme kebangsan ini rupanya menjadi salah satu pemicu perpecahan di dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah sehingga memunculkan sentimen tertentu dikalangan bangsa-bangsa non Arab. Perselisihan yang semakin meruncing tersebut kemudian berbuntut terhadap perebutan kekuasaan dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah.

Daulah Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Perekonomian masyarakat sangat maju terutama dalam bidang pertanian, perdagangan dan industri.

Ketika memasuki masa kemunduran politik, perekonomian pun ikut mengalami kemunduran yang drastis sehingga krisis ekonomi merusak tatanan ekonomi pada masa itu. Kecenderungan para penguasa untuk hidup mewah, mencolok dan berfoya-foya kemudian diikuti oleh para hartawan dan anak-anak pejabat ikut menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi miskin.

Munculnya daulah-daulah kecil yang memerdekakan diri merupakan faktor yang paling sering muncul dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah. Kedudukan khalifah yang tidak cukup kuat membuat para penguasa dan pelaksana pemerintahan memiliki kepercayaan yang rapuh terhadap pemerintah pusat.

Dominasi bangsa Turki dan Persia yang ingin memerdekakaan diri menjadi pemicu perpecahan dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah. Hal ini juga berakibat terhadap bangsa-bangsa lain yang jauh dari pusat pemerintahan Daulah Abbasiyah berusaha memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad.

2.     Faktor External

Perang Salib yang terjadi antara umat Islam dan Kristiani telah menanamkan benih-benih permusuhan yang kuat antara umat Islam dan Kristen. Kebencian itu semakin kuat setelah peraturan baru yang diterapkan oleh Daulah Bani Seljuk menyulitkan orang-orang Kristen yang berkunjung ke Baitul Maqdis. Perang Salib terjadi dalam beberapa gelombang dan banyak memakan korban dari pihak Islam dan Kristen. Dampak dari perang salib tersebut, beberapa wilayah kekuasaan Islam berhasil dikuasai oleh tentara Kristen.

Serangan bergelombang Bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan telah meluluhlantakkan Baghdad dan seluruh penjuru wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyah. Tragedi kemanusian berupa penganiayaan dan penyiksaan berlangsung kurang lebih 40 hari dengan jumlah korban yang mencapai ratusan ribu umat Islam pada waktu itu. Terbunuhnya Khalifah Al-Mu`tashim menjadi penanda akhir dari Daulah Abbasiyah.

Runtuhnya kekuasaan Islam tidak hanya dialami oleh Daulah Abbasiyah. di belahan bumi yang lain juga mengalami peristiwa yang hampir sama. Daulah Bani Ahmar di Andalusia juga berakhir dengan tragis. Khalifa terakhir  diusir  dari Andalusia, bahkan seluruh umat Islam di Andalusia dipaksa meninggalkan Andalusia atau tetap di Andalusia namun berpindah keyakinan.

Daulah Mughal di India juga mengalami hal serupa. Rapuhnya kondisi dalam negeri Daulah Mughal membuka kesempatan Imperium Inggris berhasil masuk dan meruntuhkan kejayaan Mughal dan kemudian menguasainya. Penjajahan ini kemudian berlangsung sampai negara India berhasil memerdekakan diri.

Dari bebepa pelajaran di atas, Syaikh Amir Syakib Arselan mengungkap beberapa alasan mengapa umat Islam mundur dan sulit untuk maju.

1.  Umat Islam sudah tidak benar-benar mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan syari`at, khususnya Alquran dan al-Hadis. Padahal itu adalah sumber pedoman hidup kita agar bahagia dunia dan akhirat. Nabi SAW bersabda: Aku tinggalkan bagimu dua perkara, jika kamu berpegang teguh kepada keduanya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah Rasul (hadis).

2.  Umat Islam tidak mau bersatu dan terpecah belah. Padahal ummat Islam diperintahkan untuk bersatu. Allah sudah mengingatkan kepada kita . QS. Ali Imran :103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

3.  Mayoritas umat Islam terlalu cinta dunia dan takut mati. Kebanyakan umat Islam  lebih mementingkan kehidupan dunia dan melupakan akherat. Padahal jelas-jelas kehidupan dunia ini hanya fatamorgana dan telah dicontohkan oleh generasi pendahulu Islam mereka ikhlas betul dalam menjalankan misi sebagai hamba Allah Swt tanpa melupakan kewajibannya untuk beribadah kepada Allah Swt.

4.  Mundurnya umat Islam disebabkan hilangnya semangat Jihad. Jihad adalah satu kesungguhan untuk berjuang di jalan Allah Swt. Jihad adalah perjuangan yang sungguh-sungguh yang dilakukan karena panggilan Illahi, yaitu perjuangan sungguh- sungguh dengan mengerahkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki untuk mencapai tujuan, khususnya dalam mempertahankan kebenaran, kebaikan dan keluhuran.


Sumber: Kementrian Agama Republik Indonesia. 2019. Buku Siswa : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XI. Jakarta.

Kejayaan Umat Islam

 

Istana Al-Hamra di Spanyol merupakan salah satu bukti dari kejayaan Islam di Andalusia (Spanyol). Di India terdapat Taj Mahal yang kemudian menjadi icon budaya di India juga merupakan peninggalan dari Daulah Islam yaitu Mughal. Sebagian wilayah Eropa, Afrika, Asia pernah merasakan kemakmuran yang ditorehkan pemerintahan Islam. Islam berhasil menanamkan nilai-nilai syariat dalam setiap sendi kehidupan manusia bahkan sendi-sendi pemerintahan.

Ada sebagian yang menjadikan Islam sebagai agama mayoritas dengan dasar- dasar syariat Islam. Sebaliknya, ada satu kawasan yang dulunya imperium Islam pernah demikian besar dan kuat mengakar, tapi hilang tak tersisa pengaruhnya dalam masyarakat, apalagi negaranya. Wilayah itu adalah Andalusia, yang terletak di Semenanjung Iberia. Andalusia yang dulu sekarang kita kenal sebagai negara Spanyol.

Semangat jihad ummat Islam yang begitu tinggi sehingga 200 ribu pasukan Gotik tidak mampu mengalahkan pasukan Islam yang dipimpin Thariq Bin Ziyad yang hanya berjumlah 5 ribu orang. Bukannya tentara Islam yang kalah, justru pasukan Gotik yang mundur akibat strategi Thariq Bin Ziyad dan pasukannya.

Dalam   bidang ilmu pengetahuan dan sains Ibnu Sina (Avicenna) telah menunjukkan kepada dunia tentang betapa hebatnya ilmuwan muslim pada saat itu. Ibnu Sina dikenal sebagai bapak Kedokteran dunia. Ilmuwan Islam Al-Khawarizmi juga mengembangkan ilmu Matematika seperti Aljabar (Algebra), Algoritma (Algorithm) yang kita kenal hingga sekarang. Angka-angka yang kita pakai sekarang merupakan hasil penemuan ilmuwan Islam yang disebut dengan ”arabic numeral” menggantikan sistem bilangan Romawi yang sangat tidak fleksibel. Pada saat munculnya Islam, bangsa Barat belum mengenal angka 0 (Nol), Islamlah yang mengenalkan angka itu pada mereka.